TIMES JAKARTA, JAKARTA – Ada komentar terbaru dari seorang Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, bahwa tidak harus menjadi Yahudi untuk menjadi seorang zionis.
Komentar Joe Biden itu diungkapkan sebagai konfirmasi terbaru atas dukungan mutlaknya terhadap Israel, saat ia menerima kedatangan Presiden Israel, Isaac Herzog di Ruang Oval Gedung Putih, Washington, Selasa (12/11/2024) kemarin.
Dilansir Al Jazeera, Joe Biden menambahkan komitmennya terhadap Israel tidak tergoyahkan. "Dan anda tahu itu, dan kami memiliki persahabatan yang sangat mendalam," katanya.
"Anda tentu saja seorang zionis, dan saya berterima kasih karena anda telah menjadi teman baik Israel," kata Herzog yang juga mengaku bahwa pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat itu konstruktif.
"Ada komitmen dan upaya besar untuk bergerak maju,” kata Herzog kepada wartawan setelah pertemuan tersebut.
"Saya sangat berharap bahwa kita akan melihat hasil tertentu di masa mendatang, dalam beberapa hari ke depan, dalam beberapa upaya ini," tambahnya.
Ini bukan pertama kalinya Biden mengulangi kalimat tentang "Anda tidak harus menjadi seorang Yahudi untuk menjadi seorang Zionis".
Joe Biden pernah mengatakan hal yang sama pada pertengahan bulan Juli lalu dalam upaya untuk menarik pemilih Yahudi di Amerika Serikat sebelum ia mengumumkan memilih mundur dari pencalonan presiden dan menyerahkannya kepada Kamala Harris .
Selama era Joe Biden, yang masa jabatannya akan berakhir Januari mendatang, Israel menerima dukungan tak terbatas ketika Israel melakukan perang pemusnahan yang sedang di Jalur Gaza dan kemudian di Lebanon.
Dengan dukungan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Joe Biden itu sampai hari ini Israel telah membantai 43.600 lebih rakyat Palestina, terutama wanita dan anak-anak.
Israel juga membumihanguskan Gaza dengan bombardir tiada henti sejak serangan Hamas 7 Oktober 2023 lalu.
Lebih dari 10.000 rakyat Palestina juga "hilang" diduga meninggal dunia di bawah reruntuhan gedung-gedung yang diratakan dengan serangan darat dan udara oleh kekuatan militer zionis itu. Setidaknya 101.000 lebih juga menderita luka-luka.
Kekejaman Israel
Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk hak asasi manusia, Ilze Brands Kehris, Selasa (12/11/2024) kemarin memperingatkan, pemerintah Israel berusaha membersihkan Gaza utara dari warga Palestina dengan modus memindahkan mereka ke selatan wilayah itu.
Tak hanya itu, tindakan mereka juga menimbulkan risiko serius berupa kekejaman yang "paling serius".
Ilze mendesak semua negara untuk mempertimbangkan kembali penjualan atau transfer senjata mereka dengan tujuan mengakhiri dukungan tersebut jika hal ini berisiko melanggar hukum internasional yang serius.
Berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk membahas meningkatnya risiko kelaparan di Gaza, Ilze menggambarkan situasi kemanusiaan dan hak asasi manusia bagi warga Palestina di seluruh wilayah kantong yang babak belur itu sebagai "bencana."
Pertemuan tersebut menyusul peringatan yang dikeluarkan pada akhir pekan oleh Komite Peninjauan Kelaparan Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu, yang menyatakan bahwa ada "kemungkinan besar kelaparan akan segera terjadi di wilayah-wilayah di Jalur Gaza utara."
Komite tersebut menyerukan kepada masyarakat internasional untuk bertindak dalam hitungan hari, bukan minggu untuk mengatasi ancaman ini.
Angka yang diverifikasi oleh Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengungkapkan bahwa hampir 70 persen dari mereka yang meninggal di Gaza sejak perang dimulai pada Oktober tahun lalu adalah anak-anak, sebagian besar berusia antara 5 dan 9 tahun, atau wanita.
Menurut kementerian kesehatan Palestina, jumlah total korban meninggal dunia akibat konflik tersebut lebih dari 43.600 warga Palestina, dan lebih dari 100.000 orang terluka.
Namun, angka-angka itu kemungkinan besar merupakan "sebuah pernyataan yang sangat merendahkan," kata Brands Kehris kepada Dewan Keamanan, karena masih banyak jassd banyak korban lainnya diperkirakan terkubur di bawah reruntuhan.
"Hampir 1,9 juta orang di Gaza telah mengungsi, banyak dari mereka berulang kali mengungsi, termasuk wanita hamil, penyandang disabilitas, lansia, dan anak-anak," katanya.
Sementara itu, serangan Israel terhadap tempat penampungan dan bangunan tempat tinggal terus menewaskan banyak warga sipil.
“Serangan terhadap apa yang disebut 'zona aman' membuktikan bahwa tidak ada tempat di Gaza yang aman," tambah Brands Kehris.
Penghancuran infrastruktur sipil Gaza oleh militer Israel, termasuk fasilitas yang menikmati status dilindungi berdasarkan hukum internasional, seperti rumah sakit, sekolah, dan layanan vital seperti pasokan listrik, air, dan pembuangan limbah secara langsung berkontribusi terhadap risiko kelaparan.
Selain itu, pasukan Israel telah membunuh ratusan personel medis, polisi sipil, jurnalis dan pekerja bantuan kemanusiaan, termasuk lebih dari 220 staf PBB," katanya lagi
Ribuan warga Palestina telah dibawa dari Gaza ke Israel, biasanya dibelenggu dan ditutup matanya, dimana mereka ditahan tanpa bisa berkomunikasi.
"Sementara itu, ada gangguan yang terus-menerus dan berkelanjutan terhadap masuknya dan distribusi bantuan kemanusiaan, yang telah jatuh ke beberapa tingkat terendah dalam setahun," tambah Brands Kehris.
Dampak kumulatif dari kehancuran selama lebih dari setahun di Gaza telah menimbulkan korban yang sangat besar. Layanan dasar bagi warga Palestina di Gaza, tatanan masyarakat, telah hancur. Kondisi kehidupan, khususnya di Gaza utara, semakin tidak layak untuk bertahan hidup.
“Kemungkinan mengerikan ini tidak bisa dipisahkan dari serangan yang tak henti-hentinya terhadap hak asasi manusia warga sipil di sana," kata dia.
Selama lima minggu terakhir, lanjutnya, serangan Israel telah mengakibatkan banyaknya korban jiwa warga sipil di Gaza utara, khususnya di kalangan perempuan, anak-anak, orang tua, orang sakit, dan penyandang disabilitas, yang banyak diantaranya dilaporkan terjebak oleh pembatasan dan serangan militer Israel di rute pelarian.
Ia menambahkan, pola dan frekuensi serangan yang dilaporkan ini menunjukkan adanya penargetan sistematis terhadap lokasi yang diketahui, atau seharusnya diketahui, sebagai tempat berlindung bagi sejumlah besar warga sipil, ditambah dengan penggunaan senjata secara terus-menerus yang berdampak pada wilayah yang berpenduduk.
*Militer Israel juga telah melakukan serangan berulang kali terhadap tiga rumah sakit utama di wilayah tersebut dan infrastruktur vital lainnya, sambil secara tidak sah membatasi masuknya dan distribusi bantuan kemanusiaan ke Gaza utara," ujar dia.
Brands Kehris menyuarakan seruan komisaris tinggi hak asasi manusia untuk mengakhiri perang, membebaskan sandera Israel, dan segera mengirimkan dan mendistribusikan bantuan kemanusiaan ke Gaza “melalui semua rute.”
"Harus ada juga perhitungan yang wajar atas tuduhan pelanggaran serius hukum internasional yang diawasi oleh otoritas peradilan yang kredibel dan tidak memihak," katanya
Ia menambahkan, sesuai dengan pendapat penasihat Mahkamah Internasional dan resolusi Majelis Umum, Israel harus mengakhiri kehadirannya di Wilayah Palestina yang Diduduki secepat mungkin, sehingga rakyat Palestina bisa menjalankan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri
Meski surat kabar internasional semuanya hampir menyatakan bahwa zionis Israel menggunakan kelaparan untuk mengusir warga Gaza utara dan kemudian mendudukinya, namun pemerintahan Joe Biden tidak akan menghukumnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Presiden Israel Memuji Presiden AS Joe Biden Sebagai Seorang Zionis
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |