TIMES JAKARTA, JAKARTA – Israel berambisi menyerang setiap saat dan menginvasi Lebanon lebih dalam meski setelah ada gencatan senjata sekalipun.
Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot dalam sidang parlemen setelah mengadakan pembicaraan di Israel minggu lalu di Yerusalem.
"Hari ini kami mendengar suara-suara di Israel yang menyerukan agar Israel tetap memiliki kemampuan untuk menyerang kapan saja atau bahkan memasuki Lebanon," katanya.
"Itu jelas tidak sesuai dengan kedaulatan negara yang kuat," katanya kemudian seperti dilansir di Arab News.
"Para pejabat Israel, kata dia, bersikeras mempertahankan kemampuan untuk menyerang Lebanon setiap saat sebagai bagian dari syarat untuk mengamankan gencatan senjata dengan Hizbullah yang didukung Iran," katanya lagi, Rabu (13/1/2024).
Berbicara dalam sidang parlemen setelah mengadakan pembicaraan di Israel minggu lalu di Yerusalem, Jean-Noel Barrot mengatakan bahwa itu adalah syarat yang semakin disuarakan di antara para pejabat Israel.
Jean-Noel Barrot telah mengadakan pembicaraan dengan Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer dan Menteri Pertahanan baru Israel Katz minggu lalu.
"Itu tidak sesuai dengan kedaulatan negara yang kuat," tambah Barrot, mengacu pada upaya yang lebih luas untuk membantu memperkuat pemerintahan Lebanon.
Beberapa diplomat mengatakan, bahwa hampir mustahil untuk membuat Hizbullah atau Lebanon menerima proposal apa pun yang mencakup permintaan seperti itu.
Tidak ada komentar langsung dari Israel tentang pernyataan tersebut.
Menteri pertahanannya, Israel Katz, mengatakan sebelumnya, bahwa Israel tidak akan mematuhi aturan apa pun yang tidak sesuai dengan tujuan perang, dan Israel merasa haknya untuk menegakkan dan bertindak sendiri terhadap aktivitas teroris apa pun.
Prancis, yang memiliki hubungan historis dengan Lebanon, telah berupaya memainkan peran dalam mencoba mengamankan gencatan senjata di negara Timur Tengah itu.
Prancis telah bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk mencoba menerapkan gencatan senjata sementara, tetapi pembicaraan itu terhenti pada akhir September lalu.
Koordinasi antara Paris dan pemerintahan AS yang akan berakhir untuk mendapatkan gencatan senjata menjadi lebih rumit sejak itu, dengan utusan AS Amos Hochstein berfokus pada usulannya sendiri.
Barrot mengatakan, tidak masuk akal bagi Prancis untuk memimpin inisiatif sendiri di Lebanon mengingat Prancis membutuhkan Amerika Serikat untuk meyakinkan Israel.
"Sama seperti tidak membantu bagi Washington untuk melakukannya sendiri karena tidak akan memiliki apresiasi yang baik terhadap dinamika politik internal Lebanon," kata Jean-Noel Barrot
Karena ternyata, seperti diungkapkan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, ternyata Israel tetap berambisi ingin menyerang Lebanon setiap saat bahkan menginvasi Lebanon lebih dalam meski nantinya ada gencatan senjata. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Israel Berambisi Tetap Menginvasi Lebanon dan Menyerang Kapan Saja
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |