TIMES JAKARTA, JAKARTA – Senat Amerika Serikat mengonfirmasi Pete Hegseth, mantan pembawa acara Fox News dan perwira Garda Nasional, lolos dalam uji kelayakan dan jepatutan sebagai Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Jumat, (24/1/2025).
Keputusan tersebut dibuat meski ada banyak yang ragu soal mengenai kesiapan Hegseth untuk memimpin Departemen Pertahanan AS. Pasalnya, departemen ini memiliki tanggung jawab besar dalam mengelola salah satu lembaga militer terkuat di dunia yang kini sedang menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Konfirmasi Hegseth, yang diumumkan setelah hasil pemungutan suara yang sangat ketat 50-50, menjadi sejarah tersendiri. Peristiwa ini adalah kedua kalinya dalam sejarah Amerika Serikat di mana Wakil Presiden harus memberikan suara penentu untuk mengesahkan calon kabinet.
Langkah ini menunjukkan betapa sengitnya perdebatan internal di kalangan Partai Republik mengenai kelayakan Hegseth untuk posisi yang sangat vital tersebut.
Pengalaman vs. Kualifikasi Tradisional
Banyak pihak, termasuk sejumlah anggota Senat dari Partai Republik, memandang pengalaman militer Hegseth sebagai keuntungan.
Sebagai seorang veteran yang pernah bertugas di Afghanistan dan Irak, Hegseth diyakini memiliki pemahaman yang mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh personel militer AS. Para pendukungnya berpendapat bahwa pandangannya yang lebih praktis dan langsung akan membawa penyegaran yang dibutuhkan di Pentagon, yang kadang dianggap terjebak dalam birokrasi dan prosedur lama.
Namun, proses pengesahannya juga penuh dengan kontroversi. Tiga senator dari Partai Republik, termasuk Susan Collins, Mitch McConnell, dan Lisa Murkowski, memilih untuk menentangnya. Mereka menyuarakan kekhawatiran terkait kurangnya pengalaman Hegseth dalam mengelola organisasi sebesar Departemen Pertahanan yang mencakup lebih dari 3 juta personel.
Bagi mereka, hak itu menjadi masalah besar, mengingat tantangan yang dihadapi Pentagon, mulai dari perang Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, hingga masalah pengamanan perbatasan Amerika-Meksiko yang semakin intens.
Bahkan di dalam Partai Republik, masih ada pertanyaan besar apakah Hegseth memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memimpin salah satu departemen terbesar dan paling penting di pemerintahan AS.
Sejumlah kritik muncul tentang keterbatasan kepemimpinannya dalam kapasitas yang lebih besar dan kompleks, serta adanya pertanyaan terkait dengan pengelolaan keuangan yang buruk pada lembaga nirlaba veteran yang pernah ia pimpin.
Visi Penyelesaian Misi dan Budaya Prajurit
Salah satu argumen utama yang dibawa oleh pendukung Hegseth adalah tekadnya untuk memfokuskan Departemen Pertahanan pada pencapaian "penyelesaian misi".
Ia juga berencana mengembalikan "budaya prajurit" yang lebih kental ke dalam lingkungan Pentagon, yang menurutnya telah tergerus oleh politik dan birokrasi.
Hegseth berjanji untuk membawa pendekatan yang lebih langsung dan praktis dalam pengelolaan militer, dengan menekankan pentingnya efisiensi dan keberhasilan misi sebagai prioritas utama.
Namun, pendekatan ini tidak datang tanpa tantangan. Dengan ketegangan yang semakin meningkat di berbagai belahan dunia, termasuk perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan pergeseran politik di Timur Tengah, banyak yang mempertanyakan apakah “budaya prajurit” dan “penyelesaian misi” dapat mengatasi kompleksitas global yang dihadapi Pentagon.
Dukungan Presiden Trump
Presiden Donald Trump, yang secara vokal mendukung Hegseth selama proses konfirmasi. Trump menyebut Hegseth sebagai "orang yang sangat, sangat baik."
Dukungan tersebut sangat penting. Mengingat hubungan dekat antara Hegseth dan Trump yang dikenal sebagai pendukung militer yang kuat.
Meskipun demikian, tantangan bagi Hegseth kini justru muncul dari dalam partainya sendiri. Beberapa senator yang menentang pencalonannya masih tetap khawatir akan dampak dari keputusan tersebut bagi stabilitas dan kredibilitas Departemen Pertahanan.
Hegseth akan menghadapi tugas berat untuk membuktikan dirinya di posisi penting Pentagon ini. Dengan dunia yang semakin terhubung dan penuh ketegangan, bagaimana ia mengelola Departemen Pertahanan dan merespons tantangan-tantangan global akan menjadi penentu sejauh mana keputusannya selama proses konfirmasi ini benar-benar layak atau tidak.
Kehadiran Hegseth di Pentagon
Dengan konfirmasi resmi Hegseth sebagai Menteri Pertahanan, muncul pertanyaan besar.
Apakah pengalaman tempur dan pendekatannya yang lebih pragmatis dapat membawa perubahan positif bagi Pentagon? Atau justru menambah ketegangan dalam institusi yang sangat penting bagi keamanan nasional Amerika Serikat?.
Waktu akan berbicara. Apakah Hegseth mampu menjawab pertanyaan besar tadi. (*)
Pewarta | : VOA Indonesia |
Editor | : Faizal R Arief |