TIMES JAKARTA, JAKARTA – Sekelompok menteri luar negeri negara-negara Arab dan Islam bersama Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Sabtu (27/12/2025) kemarin tegas menolak pengumuman Israel tentang pengakuannya terhadap wilayah Somaliland di Somalia.
Bersamaan dengan Kementerian Luar Negeri Yordania, pernyataan bersama tersebut dikeluarkan oleh para menteri luar negeri seperti Mesir, Aljazair, Komoro, Djibouti, Gambia, Iran, Irak, Kuwait, Libya, Maladewa, Nigeria, Oman, Pakistan, Palestina, Qatar, Somalia, Sudan, Turki, dan Yaman, serta Organisasi Kerja Sama Islam (OIC).
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan pada hari Sabtu itu, para menteri mengutuk keputusan Israel mengumumkan mengakui bahwa Somaliland adalah negara merdeka dan berdaulat.
Hanya negara zionis itu satu-satunya yang sejauh mengakui Somaliland yang bagian wilayah dari Somalia itu sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengumumkannya pada hari Jumat (26/12/2025).
Seperti yang dilaporkan oleh Kantor Berita Yordania (JNA), negara-negara Arab dan Islam memperingatkan bahwa langkah Israel tersebut membawa "dampak serius bagi perdamaian dan keamanan di Tanduk Afrika dan wilayah Laut Merah" serta merusak perdamaian dan keamanan internasional.
"Pernyataan pengakuan itu menggambarkan sebagai pelanggaran hukum internasional dan piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang belum pernah terjadi sebelumnya dan terang-terangan, yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip kedaulatan negara, persatuan, dan integritas wilayah," tambah JNA.
Israel secara resmi tiba-tiba mengakui Somaliland sebagai "negara merdeka dan berdaulat", bahkan Israel kemudian menandatangani perjanjian untuk menjalin hubungan diplomatik. Tentu saja pemimpin Somaliland menyambut baik pengakuan resmi pertama yang pernah terjadi.
Para menteri luar negeri negara-negara Arab dan Islam serta OKI menegaskan kembali dukungan penuh mereka terhadap kedaulatan Somalia, menolak segala tindakan yang merusak persatuan atau integritas wilayah Somalia.
Mereka memperingatkan bahwa pengakuan kemerdekaan sebagian wilayah negara itu akan menciptakan preseden berbahaya dan menimbulkan ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan internasional.
Pernyataan itu juga menegaskan kembali penentangan kategoris terhadap setiap upaya untuk mengaitkan langkah tersebut dengan rencana Israel yang akan mengusir rakyat Palestina keluar dari tanah mereka, menekankan bahwa usulan tersebut ditolak "baik secara bentuk maupun substansinya".
Arab Saudi sendiri, Jumat telah menyatakan dukungan penuh untuk kedaulatan, persatuan, dan integritas wilayah Somalia, dan mereka menolak deklarasi pengakuan bersama antara Israel dan Somaliland.
Serangan Terang-terangan
Perdana Menteri Somalia, Hamza Abdi Barre menggambarkan deklarasi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengakui Somaliland sebagai negara merdeka dan berdaulat itu merupakan serangan terang-terangan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial negara Somalia.
Hmza Abdi Barre menegaskan bahwa langkah itu merupakan tindakan yang tidak sah secara hukum maupun agama.
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, Barre menekankan bahwa pengakuan ini tidak memiliki efek hukum, dan menegaskan bahwa Somalia adalah negara merdeka dan berdaulat dengan perbatasan yang diakui secara internasional.
Ia juga menekankan bahwa Somalia, baik pemerintah maupun rakyatnya, menolak posisi Netanyahu, yang ia gambarkan sebagai "ceroboh" secara keseluruhan, dan ia menambahkan, bahwa Netanyahu seharusnya mengakui negara Palestina yang tanahnya ia duduki dan rakyatnya ia gusur, daripada mencampuri urusan Somalia.
Ambisi Geopolitik Laut Merah
Perdana Menteri Somalia juga memperingatkan tentang dimensi geopolitik dari langkah Israel tersebut, dan ia mencatat bahwa Israel berupaya mendapatkan pijakan di wilayah Tanduk Afrika dengan tujuan mengendalikan Laut Merah dan Selat Bab al-Mandab .
Barre menambahkan bahwa upaya-upaya itu termasuk rencana Israel untuk mendirikan pangkalan militer, yang merupakan "preseden berbahaya" yang mengancam keamanan warga Somalia serta stabilitas regional di seluruh wilayah tersebut.
Mengenai langkah-langkah praktis untuk melawan keputusan ini, Barre mengungkapkan berbagai upaya diplomatik yang dilakukan oleh Mogadishu, termasuk menghubungi negara-negara sahabat dan organisasi internasional.
Berri mencatat bahwa terdapat konsensus internasional dan regional yang mendukung posisi Somalia dan menolak pelanggaran hukum internasional oleh Israel itu.
Barre menekankan, bahwa negaranya memiliki hak penuh untuk menggunakan semua mekanisme hukum yang tersedia untuk mempertahankan integritas wilayahnya, menegaskan bahwa negaranya akan melanjutkan tindakan diplomatik dan hukumnya "untuk menolak agresi ini dengan segala cara yang mungkin."
Mengenai posisi Amerika, Barre memuji sikap Washington, yang mengumumkan niatnya untuk tidak mengakui wilayah Somaliland, menjelaskan bahwa ada komunikasi berkelanjutan dengan pemerintahan Amerika, yang menegaskan penghormatannya terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Somalia.
Barre menyimpulkan dengan mengatakan bahwa negaranya menolak posisi negara mana pun yang mendukung pengakuan Israel yang tidak sah.
"Saya tidak membayangkan bahwa negara yang menghargai dirinya sendiri akan mengikuti Israel dalam posisi yang tidak dapat diterima ini," kata Barre.
Negara yang menentang atas sikap Israel yang mengakui Somaliland sebagai negara berdaulat, semakin bertambah setelah Sabtu (27/12/2025) siang Qatar juga mengeluarkan pernyataan menentang perilaku Israel itu.
Sementara itu, Senin (29/12/2025) sore besok rencananya PBB akan membahas pengakuan Israel atas Republik Somaliland atas permintaan sidang darurat dari Somalia kepada Dewan Keamanan PBB. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Negara Arab, Muslim, OKI Menentang Pengakuan Israel soal Somaliland
| Pewarta | : Widodo Irianto |
| Editor | : Deasy Mayasari |