TIMES JAKARTA, JAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru NU (PP Pergunu), Dr. KH. Nasrulloh Afandi, Lc, MA, atau yang akrab disapa Gus Nasrul, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi kebersihan masjid di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Meski banyak masjid dibangun dengan megah dan artistik, Gus Nasrul menyoroti justru semakin banyaknya masjid yang tidak terjaga kesuciannya.
"Sering kali, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) atau pengurus masjid tidak menyadari masalah ini," kata Gus Nasrul dalam wawancara dengan pers pada Sabtu (3/8/2024).
Menurut Gus Nasrul, masalah kebersihan ini paling sering ditemukan di masjid-masjid yang berada di rest area jalan tol, pom bensin, tempat wisata, perkantoran, perusahaan, dan rumah makan.
Dalam perjalanan, Gus Nasrul sering mendapati lantai masjid menjadi najis akibat ketidaktahuan petugas kebersihan tentang fikih thaharah atau kesucian.
"Salah satu penyebab utama masjid menjadi najis adalah ketidakpahaman tentang fikih thaharah," tambahnya.
Ia menjelaskan, banyak petugas kebersihan menggunakan alat pel yang sebelumnya dipakai untuk mengepel lantai WC umum tanpa mensucikannya terlebih dahulu. Lantai kamar mandi sering kali terkena najis, dan jika alat pel tersebut langsung digunakan di masjid, najisnya bisa menyebar ke seluruh lantai.
"Meskipun alat pel terlihat bersih, jika digunakan tanpa disucikan, najis dari WC bisa menyebar ke seluruh lantai masjid atau mushola," jelas Gus Nasrul yang juga wakil ketua komisi kerukunan antarumat beragama MUI pusat itu.
Tidak hanya itu, desain arsitektur masjid juga sering kali menjadi sumber masalah. "Sering kali tata letak tempat wudhu dan toilet tidak diperhatikan dengan baik," ungkap Gus Nasrul.
Lebih lanjut, dia mencontohkan, ada masjid yang tempat wudhunya berada di belakang, sedangkan toiletnya di bagian depan.
“Ini mengakibatkan orang yang berwudhu harus melepas sandal, sementara yang tidak berwudhu bebas keluar masuk dengan sepatu atau sandal mereka, sehingga lantai yang seharusnya suci menjadi najis kembali,” terang Gus Nasrul.
Gus Nasrul juga menyoroti banyaknya posisi WC yang lebih tinggi dari ember atau wadah air untuk bercebok. "Ketika seseorang buang hajat, air kencing jelas menyiprat ke dalam ember atau wadah air, karena perbedaan ketinggian. Ini sering terjadi, terutama di tempat-tempat umum," ujarnya.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di rest area tol atau tempat wisata, tetapi juga di banyak masjid besar atau mushola di pemukiman padat penduduk.
Desain arsitektur yang kurang tepat juga sering kali menyebabkan pembuangan air dari WC mengalir masuk ke kobokan cuci kaki di depan tempat wudhu, yang kemudian kobokan digunakan oleh orang-orang yang habis berwudhu.
Hal ini menyebabkan lantai yang seharusnya suci menjadi najis kembali.
Oleh karena itu, Gus Nasrul menekankan pentingnya edukasi dan peningkatan kesadaran tentang fikih thaharah di kalangan pengurus masjid dan petugas kebersihan.
"DKM dan pengurus masjid harus memahami betul fikih kesucian dalam Islam. Petugas kebersihan juga perlu diberikan pelatihan khusus agar tidak melakukan kesalahan yang berakibat pada najisnya masjid atau tidak syahnya salat orang banyak," tegasnya.
Selain itu, Gus Nasrul berharap, ke depan, ada upaya serius dari semua pihak untuk menjaga kesucian masjid atau mushola.
"Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol kesucian umat Islam. Kebersihannya harus dijaga dengan baik agar ibadah yang dilakukan di dalamnya sah diterima oleh Allah SWT," ujar Gus Nasrul, yang juga jajaran Pengasuh pesantren Balekambang Jepara Jateng itu.
Keprihatinan KH Nasrulloh ini seharusnya menjadi perhatian bersama. DKM, pengurus masjid, arsitek, dan seluruh umat Islam perlu bekerja sama untuk memastikan masjid-masjid, mushola-mushola tetap suci dan syah sebagai tempat ibadah.
Dengan edukasi yang tepat dan kesadaran yang tinggi, kita bisa menjaga kesucian masjid dan meningkatkan kualitas ibadah umat Islam di Indonesia.
Gus Nasrul juga memberikan saran agar posisi masjid dan WC di fasilitas umum, rest area, rumah makan, dan lainnya lebih baik berjauhan, sebagai upaya menjaga kesucian masjid atau mushola.
"Ini adalah langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga kesucian tempat ibadah kita," tutup Gus Nasrul yang juga alumnus Pesantren Sarang Rembang itu. (*)
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Faizal R Arief |