TIMES JAKARTA, JAKARTA – Sebanyak 695 siswa di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, mengalami gejala gangguan pencernaan setelah mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu (29/10/2025). Puluhan siswa harus mendapat penanganan medis di RSUD dan Puskesmas setempat.
Menanggapi kejadian ini, Badan Gizi Nasional (BGN) mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara operasional Satuan Pelayanan dan Pemenuhan Gizi (SPPG) Planjan sebagai bentuk kehati-hatian untuk menjamin keamanan pangan bagi peserta didik.
Koordinator Regional MBG DIY, Gagat Widyatmoko, memastikan seluruh siswa yang terdampak telah mendapatkan penanganan medis yang memadai, dan sebagian besar kini dalam kondisi membaik.
“Keputusan penghentian sementara ini diambil sebagai bentuk kehati-hatian dan tanggung jawab BGN untuk memastikan keamanan pangan bagi peserta didik,” ujarnya.
Investigasi dan Pengawasan Ketat
BGN telah berkoordinasi dengan Puskesmas Saptosari, RSUD Saptosari, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul untuk menelusuri penyebab kejadian. Tim monitoring dari BGN diterjunkan ke lapangan untuk mendampingi investigasi sekaligus memastikan seluruh prosedur penanganan berjalan sesuai standar.
Selain itu, BGN melakukan pendampingan komunikasi dengan pihak sekolah dan orang tua siswa agar informasi terkait kondisi peserta didik tersampaikan secara akurat dan transparan. Hasil pemeriksaan laboratorium dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul masih menunggu, sebelum BGN memutuskan langkah lanjutan, termasuk kemungkinan operasional kembali dapur SPPG Planjan.
“Keselamatan peserta didik adalah prioritas utama. MBG memang membawa dampak positif bagi peningkatan gizi anak sekolah, namun setiap tahap pengolahan hingga pendistribusian harus diawasi ketat,” tegas Gagat Widyatmoko.
Kondisi Siswa Terdampak
Hingga Kamis (30/10/2025) pukul 11.00 WIB, tercatat 45 siswa yang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Rinciannya RSUD Saptosari menangani 18 siswa, dengan 1 pasien rawat inap, 3 dalam observasi, dan 14 menjalani rawat jalan, dan Puskesmas Saptosari menangani 27 siswa.
Direktur RSUD Saptosari, Damaynti Mustikarini, menyatakan seluruh pasien dalam kondisi stabil dan telah mendapatkan perawatan sesuai prosedur medis.
“Tidak ada gejala berat. Pasien yang sempat dirawat inap menunjukkan perkembangan positif,” ujarnya.
Dari pendataan awal, SMK Negeri 1 Saptosari memiliki 476 siswa, sementara SMP Negeri 1 Saptosari tercatat 186 siswa. Puskesmas dan Dinas Kesehatan masih melakukan verifikasi untuk memastikan jumlah siswa terdampak sesuai kondisi lapangan.
Langkah BGN ke Depan
Selama proses investigasi berlangsung, dapur SPPG Planjan belum diperkenankan beroperasi. BGN menegaskan akan membuka kembali operasional hanya setelah seluruh hasil evaluasi menunjukkan kondisi aman dan memenuhi standar keamanan pangan.
“BGN berkomitmen menjaga kualitas gizi dan keamanan pangan, serta memastikan kepercayaan masyarakat terhadap program MBG tetap terjaga. Setiap langkah diambil dengan prinsip transparansi dan keselamatan anak sebagai prioritas utama,” kata Gagat Widyatmoko.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: 695 Siswa Gunungkidul Keracunan MBG, BGN Hentikan Sementara Operasional SPPG Planjan
| Pewarta | : Rochmat Shobirin |
| Editor | : Imadudin Muhammad |