TIMES JAKARTA, JAKARTA – Amerika Serikat mulai marah atas perilaku Israel yang semakin brutal menyerang negara-negara tetangganya, seperti kepada Lebanon dan Suriah setelah meluluhlantakkan Gaza.
Menyusul serangan Israel yang menargetkan ibu kota Suriah, Damaskus Juni lalu, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada Axios, bahwa Netanyahu telah bertindak seperti orang gila. Dia terus-menerus mengebom dimana-mana. Ini bisa melemahkan upaya Donald Trump.
Kemarahan Amerika Serikat meningkat setelah operasi darat Israel di Beit Jinn, pedesaan Damaskus, Jumat lalu melakukan balasan serangan udara saat tentaranya terkepung dan enam diantaranya terluka. Saat membalas dengan brutal itu, 13 warga sipil Suriah meninggal dunia.
Israel selalu berdalih bahwa operasi tersebut dilakukan untuk menangkap anggota organisasi "Kelompok Islam" yang aktif di Lebanon.
Dua pejabat senior AS itu seperti dilansir Al Jazeera menyatakan khawatir bahwa serangan udara Israel yang berulang di wilayah Suriah itu mengancam akan mengganggu stabilitas negara Suriah dan merusak harapan akan perjanjian keamanan antara Tel Aviv dan Damaskus.
"Kami berusaha meyakinkan Bibi untuk menghentikan ini, karena jika terus berlanjut, dia akan menghancurkan dirinya sendiri," katanya. Bibi adalah nama panggilan akrab Benjamin Netanyahu.
Pejabat itu menambahkan, bahwa kelanjutan kebijakan Netanyahu terhadap Suriah berarti ia akan kehilangan peluang diplomatik yang besar dan mengubah pemerintahan Suriah yang baru menjadi musuh.
Seorang pejabat bahkan menekankan, bahwa Suriah bukan seperti Lebanon. "Suriah tidak ingin ada masalah dengan Israel. Suriah bukan Lebanon. Tapi tampaknya Benjamin Netanyahu melihat hantu di mana-mana," ujar pejabat Amerika Serikat itu.
Bahkan kepada Axios, dua pejabat AS tersebut mengatakan, bahwa tindakan Netanyahu itu telah merusak upaya penyelesaian perjanjian keamanan antara Suriah dan Israel, yang diharapkan AS akan menjadi langkah pertama bagi Damaskus untuk bergabung dengan Abraham Accords di kemudian hari.
Kedua pejabat AS yakin, bahwa Netanyahu mencampuri urusan Suriah dengan cara yang sama sekali tidak membantu, terutama setelah ia memerintahkan operasi militer lintas-perbatasan pada beberapa kesempatan, termasuk dalam beberapa hari terakhir.
Para pejabat AS juga mengatakan, bahwa Gedung Putih tidak menerima pemberitahuan sebelumnya tentang operasi Israel di Beit Jann, dan bahwa Israel tidak memperingatkan Suriah melalui saluran militer seperti yang telah mereka lakukan dalam kasus-kasus sebelumnya.
Senin kemarin, Presiden AS Donald Trump memperbarui peringatannya kepada pemerintah Israel untuk tidak mencampuri urusan Suriah, dan meminta mereka untuk menahan diri dari mengambil tindakan apa pun yang dapat menghalangi transisi politik di negara itu.
Trump mengatakan dalam sebuah posting di platform Truth Social bahwa pemerintahannya "sangat puas" dengan kinerja Presiden Suriah baru Ahmed al-Sharaa , yang telah memimpin negara tersebut sejak penggulingan rezim Bashar al-Assad pada bulan Desember 2014.
"Sangat penting bagi Israel untuk mempertahankan dialog yang kuat dan tulus dengan Suriah, dan tidak ada hal yang dapat mengganggu perkembangan Suriah menjadi negara yang makmur," tambah Trump
Trump juga berbicara melalui telepon dengan Perdana Menteri Israel Senin malam itu ditengah upaya Washington untuk meredakan ketegangan antara Israel dan Suriah.
Ini bukan pertama kalinya pemerintahan Amerika Serikat mengkritik intervensi yang dilakukan Israel dibawah pimpinan Benjamin Netanyahu terhadap Suriah itu. (*)
| Pewarta | : Widodo Irianto |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |