TIMES JAKARTA, JAKARTA – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan setelah Timur Tengah, Indonesia adalah tempat lahirnya peradaban Islam baru. Hal tersebut disampaikan saat meluncurkan The 24th Annual International Conference on Islam, Science and Society 2025 (AICIS+ 2025) di Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama (Kemenag) Thamrin, Jakarta, Rabu (9/7/2025).
Menag Nasaruddin menyampaikan menegaskan Indonesia sebagai perabadan islam baru bukan sebatas deklarasi kebanggaan, tapi juga penegasan arah baru diplomasi intelektual Indonesia di tingkat global. Salah satu manifestasi konkretnya adalah transformasi AICIS menjadi AICIS+ 2025, suatu konferensi Islam tahunan yang kini tampil dengan wajah baru yang lebih global, inklusif, dan multidisipliner.
Mengusung tema “Islam, Ekoteologi, dan Transformasi Teknologi: Inovasi Multidisipliner untuk Masa Depan yang Adil dan Berkelanjutan”, Menag Nasaruddin Umar menekankan pentingnya mengenalkan ekoteologi dalam menciptakan dunia yang aman, damai dan mencegah terjadinya perusakan alam melalui pendekatan agama.
“Yang dilakukan oleh Kementerian Agama yang kita sebut dengan AICIS+ 2025 ini, inti topiknya sangat spesifik, karena kita menciptakan suatu tema bukan hanya untuk Indonesia tapi untuk dunia. Kita memperkenalkan apa yang disebut tadi dengan salah satu sub temanya itu adalah ekoteologi,” ucap Menag Nasaruddin Umar.
Menag menegaskan, tidak mungkin bisa merubah sistem logos (pengetahuan) masyarakat tanpa merubah sistem ethos masyarakat, karena ethos itu lebih dalam daripada logos, dan tidak mungkin bisa merubah sistem ethos tanpa merubah sistem teologi.
“Jadi yang paling dalam itu adalah sistem teologi. Jadi kalau kita ingin menciptakan dunia ini sejahtera, aman, damai maka memang harus menggunakan bahasa teologi, bahasa agama,” ucapnya.
Menurutnya, bahasa politik, bahasa diplomasi, dan bahasa pemerintah itu terkadang tidak efektif untuk mengajak masyarakat sadar pentingnya menjaga lingkungan. “Makanya itu AICIS+ 2025 ini tampil untuk mengingatkan dunia bagaimana kita menggunakan kesadaran spiritual kita itu dalam membuat satu program kehidupan ini,” sebutnya.
Menag berharap melalui AICIS+ 2025 ini dapat menjadi terobosan untuk dunia bahwa bahwa tidak ada cara lain untuk menyelamatkan alam ini, kemanusiaan ini kecuali kita kembali menggunakan kesadaran spiritual kita sendiri.
“Kesadaran spiritual itu yang akan melahirkan kesadaran logika dan kesadaran logika itu nanti akan menyadarkan perbuatan kita sendiri. Kalau 3 kesadaran ini menyatu dalam diri setiap individu maka saya kira dunia akan semakin damai, tenang dan nyaman untuk dihuni,” tandas Menag Nasaruddin Umar.
Sebagai informasi, setelah berjalan selama 23 tahun, AICIS+ 2025 sendiri akan digelar pada 29–31 Oktober 2025 di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, Jawa Barat.
Bagi akademisi, peneliti, ulama muda, dan inovator sosial yang ingin bergabung dalam forum keilmuan paling dinanti ini, berikut adalah rangkaian AICIS+ 2025 yang perlu dicatat:
• 4 Juli – 15 Agustus 2025: Pengiriman Abstrak (minimal 750 kata)
• 15 Agustus 2025: Batas akhir pengiriman abstrak
• 29 Agustus 2025: Pengumuman hasil seleksi abstrak
• 29 September 2025: Batas akhir pengiriman makalah lengkap
• 29–31 Oktober 2025: Konferensi AICIS+ di UIII Depok
Abstrak dapat mencakup salah satu dari 8 subtema strategis, diantaranya:
• Ekoteologi & keberlanjutan lingkungan
• Transformasi teknologi
• Hukum Islam & ekofeminisme
• Dekolonisasi kajian Islam
• Krisis kemanusiaan
• Kesehatan masyarakat muslim
• Ekonomi berkeadilan
• Inovasi sosial berbasis nilai-nilai Islam. (*)
Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |