TIMES JAKARTA, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Gus Yahya kembali menegaskan posisinya sebagai pimpinan tertinggi organisasi masih sah dan tidak berubah. Ia juga menyatakan siap menempuh jalur hukum jika konflik internal yang belakangan mencuat terus berlarut-larut.
Pernyataan itu disampaikan Gus Yahya saat menggelar konferensi pers di Lantai 1 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (3/12/2025) sore.
Menurutnya, PBNU telah berjuang dalam waktu yang tidak singkat untuk melakukan konsolidasi dan pembenahan organisasi, termasuk membangun berbagai platform digital. Ia menegaskan tidak ingin seluruh upaya tersebut runtuh hanya karena kepentingan sepihak.

“Kami sudah berproses sangat lama untuk membenahi organisasi ini. Kami tidak mungkin merelakan semua itu begitu saja demi kepentingan tertentu. Ini akan kami pertahankan sekuat-kuatnya,” ujar Gus Yahya.
Ia menambahkan, bila ruang dialog dan musyawarah benar-benar ditutup, maka pihaknya siap membawa persoalan ini ke ranah hukum. “Kalau semua jalan musyawarah ditolak, kami siap menempuh jalur hukum untuk menjaga ketentuan organisasi,” tegasnya.
Gus Yahya juga menegaskan kembali bahwa posisinya sebagai Ketua Umum Tanfidziyah PBNU diperoleh secara sah melalui Muktamar ke-34 NU di Lampung pada 2021. Menurutnya, jabatan tersebut tidak bisa diubah secara sepihak.
“Tidak bisa diubah kecuali melalui Muktamar. Ini sangat jelas dalam konstitusi dan regulasi NU, baik AD/ART maupun aturan lainnya. Tidak ada tafsir ganda di situ,” katanya.

Ia menekankan bahwa keputusannya bertahan bukan karena kepentingan pribadi, melainkan demi menjaga tatanan organisasi tetap utuh. Gus Yahya menilai, jika pergantian dilakukan tanpa dasar yang jelas, maka konflik justru akan terus berulang di kemudian hari.
“Saya tidak punya kepentingan apa pun selain menjaga tatanan organisasi ini tetap berdiri. Jangan sampai organisasi rusak hanya karena keinginan-keinginan sepihak,” ujarnya.
Ancaman terhadap Gus Ulil
Dalam kesempatan itu, Gus Yahya juga menyinggung soal adanya ancaman yang dialami Ketua PBNU, Ulil Abshar Abdalla atau Gus Ulil, di tengah kisruh internal yang sedang berlangsung.
Sebelumnya, melalui media sosialnya, Gus Ulil mengaku mendapat teror secara daring dari pihak tak dikenal. Ia mengungkapkan bahwa sejak sehari sebelumnya hingga pagi hari, ponselnya terus dibombardir telepon dan pesan berisi makian serta ancaman.
“Dari kemarin sampai pagi ini saya diserang. Telepon dan WA tidak berhenti-berhenti. Isinya makian dan ancaman,” tulis Gus Ulil.
Gus Yahya menyebut, ancaman serupa tidak hanya dialami Gus Ulil. Sejumlah pengurus PBNU lainnya juga mengalami tekanan dengan berbagai cara, mulai dari teror telepon hingga ancaman langsung. Bahkan, menurutnya, pengurus di tingkat wilayah dan cabang pun ikut merasakan dampaknya.
“Bukan hanya Pak Ulil. Semua yang wajahnya pernah muncul di media sebagai pengurus PBNU mendapat tekanan. Bahkan teman-teman di PWNU dan PCNU juga mengalami hal serupa,” ungkapnya.
Ia menyayangkan tindakan-tindakan tersebut karena dinilai jauh dari nilai dan akhlak yang dijunjung oleh Nahdlatul Ulama. “Ini bukan cara yang baik. Cara-cara seperti ini jelas tidak mencerminkan akhlak NU, hanya demi memaksakan kepentingan,” tutupnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kisruh PBNU Belum Reda, Gus Yahya Buka Peluang Tempuh Jalur Hukum
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Deasy Mayasari |