TIMES JAKARTA, JAKARTA – Upaya pencegahan bunuh diri, perlindungan pengungsi, hingga pembukaan akses keadilan di Papua mengantarkan tiga pembaharu Indonesia meraih pengakuan dunia. Ashoka, jaringan wirausahawan sosial terbesar di dunia, secara resmi mengumumkan Benny Prawira, Atika Paraswaty, dan Latifah Anum Siregar sebagai Ashoka Fellow 2025.
Pengumuman tersebut disampaikan Ashoka pada Kamis (18/12/2025). Ketiganya dinilai berhasil menghadirkan inovasi sosial yang berdampak luas, berkelanjutan, serta mendorong perubahan sistem di bidang masing-masing.
“Ketiga orang ini adalah penggerak perubahan yang memiliki ide dan inovasi baru dalam menyelesaikan masalah-masalah pelik, terutama di Indonesia, melalui cara yang inovatif dan kolaboratif,” ujar Venture & Fellowship Manager Ashoka, Rezza Brammadita.
Sebelum terpilih sebagai Ashoka Fellow, ketiganya menjalani proses seleksi berjenjang mulai dari tingkat nasional hingga penilaian akhir oleh Dewan Pembina Ashoka Global. Seleksi tersebut menilai integritas personal, dampak sosial, inovasi ide, serta potensi perubahan sistem jangka panjang.
Benny Prawira, pendiri komunitas Into The Light, dinilai berhasil mengembangkan pendekatan baru dalam pencegahan bunuh diri dan isu kesehatan mental di Indonesia. Sejak 2016, Benny telah melatih lebih dari 200 relawan muda, menyelenggarakan lebih dari 50 sesi pelatihan setiap tahun, serta membekali lebih dari 100 jurnalis agar mampu meliput isu bunuh diri secara sensitif dan bertanggung jawab.
“Melalui Into The Light, Benny bekerja sama dengan kaum muda, sekolah, universitas, media, hingga pemerintah untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap kesehatan mental,” kata Rezza.
Sementara itu, Latifah Anum Siregar, pendiri Aliansi Demokrasi untuk Papua (ALDP), dinilai berhasil membuka akses keadilan di wilayah-wilayah terpencil Papua. Hingga kini, Anum telah melatih 120 paralegal adat dan menargetkan 1.000 paralegal dalam lima tahun ke depan untuk memperkuat perlindungan hukum masyarakat adat.
Ashoka juga menyoroti peran Anum dalam memfasilitasi dialog publik antara masyarakat Papua dan non-Papua sejak 2011, yang dinilai menjadi model perdamaian lokal.
Adapun Atika Paraswaty, pendiri Perkumpulan SUAKA, diakui atas kontribusinya dalam membangun sistem bantuan hukum bagi pengungsi di Indonesia. Sejak 2012, SUAKA telah menjangkau lebih dari 10.000 pengungsi dan melatih 53 paralegal komunitas di berbagai kamp pengungsian.
Upaya tersebut dinilai penting di tengah meningkatnya jumlah pengungsi di Indonesia yang kerap menghadapi persoalan hukum, diskriminasi, dan disinformasi.
Hingga saat ini, Ashoka telah menganugerahkan Fellowship kepada lebih dari 3.800 pembaharu sosial di lebih dari 90 negara, termasuk lebih dari 210 Ashoka Fellow di Indonesia sejak 1985. Ashoka Indonesia mengusung gerakan Everyone A Changemaker yang menekankan peran setiap individu dalam menciptakan perubahan sosial. (*)
| Pewarta | : Imadudin Muhammad |
| Editor | : Imadudin Muhammad |