TIMES JAKARTA, JAKARTA – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini menjadi dua sisi mata uang bagi industri media: membawa tantangan besar sekaligus membuka peluang bisnis baru. Di tengah derasnya arus disrupsi digital, media dituntut tidak hanya bertahan, tetapi juga beradaptasi melalui inovasi dan diversifikasi sumber pendapatan.
Isu ini menjadi sorotan dalam Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di The Hub Epicentrum, Jakarta. Forum tahunan tersebut kali ini mengusung tema “Revenue Stream Baru Bisnis Media Digital” sebagai bagian dari agenda besar bertajuk “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital.”
CEO Valid News, Erik Somba, menilai kecerdasan buatan tidak akan mematikan jurnalisme, melainkan menjadi tantangan agar media lebih efisien dan kreatif. “Saya optimistis jurnalisme tetap relevan. Banyak perusahaan media kini mencari cara untuk menyeimbangkan efisiensi dengan kualitas konten,” ujarnya.
Erik menambahkan, sumber pendapatan media saat ini semakin beragam, mulai dari iklan digital, layanan berlangganan, hingga proyek konsultasi. “Valid News, misalnya, memperoleh pendapatan tambahan dari layanan konsultasi skripsi, sementara Hukum Online sukses lewat langganan dan konsultasi hukum,” katanya.
Kreator Konten Jadi Peluang Bisnis Baru
Sementara itu, Hana Novitriani, Vice President Indonesia Creator Economy (ICE) IDN, menyebut kolaborasi antara media, kreator konten, dan AI dapat menciptakan nilai ekonomi baru. Menurut riset IDN Creator Marketing Report 2026, enam dari sepuluh orang Indonesia kini lebih percaya pada konten yang dibuat oleh kreator.
“Indonesia punya sekitar 12 juta kreator aktif. Pola konsumsi media berubah; bukan lagi audiens yang mencari berita, tapi konten yang mendatangi audiens. Di sinilah media bisa mengambil peran strategis,” ujar Hana.
Ia menambahkan, potensi ekonomi kreator diperkirakan mencapai Rp7 triliun pada 2030. “Ini peluang besar bagi media untuk memperluas sumber pendapatannya,” ujarnya.
Bangun Kepercayaan Publik dan Brand Pribadi
CEO Berita Jatim, Dwi Eko Lokononto, menilai bahwa kepercayaan publik menjadi modal utama dalam bisnis media. Karena itu, pihaknya mendorong setiap awak media membangun personal branding agar memperkuat citra perusahaan.
Meski tidak bergantung pada Google Adsense, Berita Jatim tetap mampu bertahan dengan pendapatan dari kerja sama, iklan, dan proyek komunikasi lainnya. “Kami menjalankan jasa konsultasi, event organizer, survei, dan berbagai bentuk kerja sama di Jawa Timur,” jelas Dwi.
AI Dongkrak Bisnis Serayunews
Berbeda dengan media lainnya, Serayunews justru berhasil mengintegrasikan AI ke dalam sistem bisnisnya. CEO Galih Wijaya menyebut penggunaan AI telah menaikkan omzet lebih dari 1.000 persen dibanding tahun sebelumnya, sekaligus menurunkan biaya produksi hingga 25 persen.
“AI bukan ancaman, justru mempercepat pertumbuhan bisnis kami,” kata Galih.
Serayunews memanfaatkan AI untuk menulis konten sponsor, menganalisis tren isu lokal, mengoptimalkan SEO, hingga membuka layanan pelatihan AI untuk institusi publik dan swasta. Media lokal asal Purwokerto ini bahkan memperluas kolaborasi dengan jaringan media daerah di berbagai wilayah Indonesia.
Tempo Institute Kembangkan Akselerator Media Independen
Dari sisi media nasional, Tempo Institute turut membagikan pengalamannya dalam memperkuat bisnis jurnalisme independen. Direktur Qaris Tajudin mengungkapkan bahwa Tempo kini mengembangkan berbagai unit usaha seperti pendidikan, data science, penyelenggaraan event, hingga Tempo TV.
“Kami ingin media punya banyak kaki penopang. Karena biaya operasional media besar, perlu ada diversifikasi bisnis,” ujar Qaris.
Ia juga menjelaskan program Independent Media Accelerator yang sudah berjalan dua tahun terakhir. Melalui program tersebut, Tempo membantu 30 media lokal mencari model bisnis baru, termasuk pengembangan konten berbayar dan pusat data investasi lokal.
“Konten yang diminati publik adalah yang orisinal dan eksklusif, karena hal itu tidak bisa digantikan AI,” tegasnya.
Kemandirian Digital sebagai Tujuan Bersama
IDC 2025 yang berlangsung pada 22–23 Oktober ini menjadi ruang kolaborasi lintas industri media untuk membahas arah masa depan ekosistem digital Indonesia.
Acara ini turut mendapat dukungan dari sejumlah perusahaan besar, antara lain Sinar Mas Land, Astra International, Djarum Foundation, Pertamina, Telkom Indonesia, BNI, BRI, Bank Mandiri, Indosat, PLN, Indofood, Harita Nickel, MIND ID, Merdeka Copper Gold, dan Bank Syariah Indonesia.
Melalui forum ini, AMSI menegaskan pentingnya kemandirian dan kedaulatan digital agar media Indonesia tetap mampu bersaing di era AI tanpa kehilangan nilai-nilai jurnalisme yang kredibel dan bertanggung jawab. (*)
Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |