TIMES JAKARTA, JAKARTA – Kekejian Benjamin Netanyahu makin menjadi-jadi, setelah pasukannya mengebom kamp tenda pengungsi di daerah Tal as-Sultan, Rafah dan Jabalia, Nuseirat dan Kota Gaza. Penyerangan ini menyebabkan 195 warga Palestina meninggal dunia sebagian besar wanita dan anak-anak. Bahkan para korban ada yang terbakar hidup-hidup.
Menurut pejabat Palestina, seperti dilansir Al Jazeera Israel mengebom tempat penampungan pengungsi di daerah termasuk Jabalia, Nuseirat dan Kota Gaza dalam 24 jam terakhir, menewaskan sedikitnya 160 orang lainnya.
Pasukan Israel juga menjatuhkan bom di sebuah kamp tenda yang menampung para pengungsi di zona aman yang dirancang di Rafah dan menyebabkan sedikitnya 35 warga Palestina meninggal dunia. Banyak dari korbannya adalah perempuan dan anak-anak.
Badan Amal Medis, MSF mengatakan, mereka "ngeri" dengan serangan Israel terhadap kamp pengungsi Palestina di Tal as-Sultan dan bahwa peristiwa mematikan ini sekali lagi menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza.
Badan amal medis tersebut juga mengatakan lebih dari 15 mayat dan puluhan orang yang terluka dibawa ke titik stabilisasi trauma yang didukungnya di Gaza. Mereka menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata segera dan berkelanjutan.
Dikutip dari Al Jazeera, seorang analis dan komentator politik Palestina, Nour Odeh mengatakan, bahwa serangan terbaru Israel terhadap daerah yang penuh dengan tenda yang terbuat dari bahan yang sangat mudah terbakar di Rafah itu terjadi ketika orang-orang di Gaza sudah kehabisan tenaga setelah berbulan-bulan mereka berjuang untuk mendapatkan makanan, air dan tempat berlindung.
"Mereka tahu bahwa tidak ada tempat yang aman. Mereka tahu bahwa tidak ada rumah sakit yang bisa mereka andalkan untuk memberikan perawatan yang bisa menyelamatkan nyawa, mengingat banyaknya serangan sistematis terhadap rumah sakit," tegas Odeh.
"Infrastruktur kesehatan telah hancur dan itulah sebabnya Mahkamah Internasional merasa harus mengeluarkan perintah ketiga, seperti yang kita lihat pada hari Jumat," katanya.
Meskipun Odeh mengatakan pemerintah kemungkinan besar akan mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan terhadap Rafah pada Minggu malam, ia mengatakan, masih harus menunggu dan melihat apa yang diizinkan Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB”.
Odeh menambahkan, bahwa konsekuensi finansial, termasuk embargo senjata dan sanksi ekonomi, bisa menjadi satu-satunya cara untuk memutus siklus serangan Israel.
Sementara itu dari dalam menerima Israel sendiri legislator Israel, Aida Touma-Sliman mengatakan, pemerintah Netanyahu menginjak-injak perintah ICJ
Aida Touma-Sliman, seorang warga Palestina di Israel dan anggota parlemen di Knesset Israel mengecam pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena kegilaan dan dendamnya setelah serangan terbaru di Rafah.
"Ratusan orang meninggal dunia dan terluka dalam satu jam terakhir di Rafah. Kali ini pengeboman terjadi di kawasan padat penduduk pengungsi yang dinyatakan Israel sebagai kawasan aman. Kami peringatkan bahwa memasuki Rafah akan menyebabkan bencana kemanusiaan besar lainnya," katanya dalam sebuah postingan di X.
"Tuntutan jelas dari Mahkamah Pidana Internasional agar [Israel] menghentikan serangan apa pun yang akan merugikan penduduk sipil yang tidak bersalah, sedang diinjak-injak," tambahnya.
"Pemerintahan berdarah ini menolak untuk mematuhi semua perintah pengadilan, dan membawa kegilaan dan dendam ke tingkat kriminal yang baru," ujarnya lagi. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Puluhan Pengungsi Terbakar Hidup-hidup Karena Tenda Dibom Israel
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Deasy Mayasari |