TIMES JAKARTA, JAKARTA – Banyak ibu menyusui bertanya-tanya apakah mereka tetap bisa menjalankan puasa Ramadan tanpa mempengaruhi kesehatan diri sendiri maupun bayinya. Jawabannya, ya. Ibu tetap bisa menyusui saat berpuasa, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ibu dan bayi tetap sehat selama menjalani ibadah ini.

Hukum Puasa bagi Ibu Menyusui dalam Islam

Dalam Islam, puasa Ramadan diwajibkan bagi setiap Muslim yang sehat. Namun, Islam juga memberikan keringanan bagi ibu menyusui yang khawatir akan dampak puasa terhadap dirinya atau bayinya. Jika seorang ibu merasa kesulitan atau khawatir produksi ASI berkurang, ia diperbolehkan untuk menunda puasa dan menggantinya di lain waktu atau membayar fidyah, sesuai dengan ketentuan agama.

Bagi ibu yang tetap ingin berpuasa, penting untuk memahami bagaimana tubuh merespons puasa dan bagaimana cara menjaga kesehatan selama menjalani ibadah ini.

Apakah Puasa Mempengaruhi Produksi ASI?

Dikutip dari breastfeeding.asn.au, secara umum, puasa tidak menyebabkan penurunan produksi ASI secara drastis. Penelitian menunjukkan bahwa kandungan energi dan nutrisi utama dalam ASI tetap stabil, meskipun ibu sedang berpuasa.

Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

• Hidrasi sangat penting – Jika ibu mengalami dehidrasi, tubuh bisa mengurangi produksi ASI untuk menghemat cairan.
• Nutrisi tetap harus cukup – Beberapa vitamin dan mineral dalam ASI bisa sedikit berkurang selama puasa, tetapi ini biasanya tidak berdampak besar pada kesehatan bayi.
• Frekuensi menyusui bisa berubah – Beberapa bayi mungkin menyusu lebih sering pada malam hari setelah ibu berbuka puasa untuk menggantikan asupan siang hari.
• Jika ibu merasa lemas, pusing, atau produksi ASI berkurang secara signifikan, sebaiknya pertimbangkan untuk membatalkan puasa dan menggantinya nanti.

Tips Berpuasa dengan Aman bagi Ibu Menyusui

Agar tetap sehat dan nyaman selama menjalani puasa Ramadan, berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:

Perbanyak minum air saat sahur dan berbuka

Minumlah minimal 8 gelas air selama periode non-puasa untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi. Hindari minuman berkafein seperti kopi dan teh berlebihan karena dapat menyebabkan dehidrasi.

Pilih makanan bergizi saat sahur dan berbuka

Konsumsi karbohidrat kompleks seperti oatmeal, roti gandum, dan nasi merah saat sahur agar energi bertahan lebih lama. Tambahkan protein dari telur, daging, atau kacang-kacangan serta sayur dan buah yang kaya serat untuk mendukung produksi ASI.

Hindari makanan yang membuat cepat haus

Kurangi konsumsi makanan asin, pedas, dan berminyak karena dapat meningkatkan rasa haus saat berpuasa.

Istirahat yang cukup

Jangan ragu untuk beristirahat lebih sering dan hindari aktivitas berat agar energi tetap terjaga.

Pantau kondisi bayi

Perhatikan apakah bayi tetap aktif, cukup buang air kecil, dan tidak rewel akibat kurangnya asupan ASI. Jika bayi tampak lebih sering menyusu setelah berbuka, itu adalah hal yang normal.

Kapan Sebaiknya Ibu Membatalkan Puasa?

Jika ibu mengalami tanda-tanda berikut, sebaiknya pertimbangkan untuk membatalkan puasa:

• Merasa sangat lemas, pusing, atau pingsan
• Dehidrasi parah (mulut sangat kering, jarang buang air kecil, urin berwarna gelap)
• Produksi ASI berkurang drastis dan bayi tampak rewel atau kurang buang air kecil

Menyusui saat puasa Ramadan memang menantang, tetapi tetap bisa dilakukan dengan persiapan yang baik. Setiap ibu memiliki kondisi tubuh yang berbeda, jadi dengarkan tubuh sendiri dan pastikan tetap memperhatikan kebutuhan bayi. Jika ragu atau mengalami kesulitan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau pemuka agama. (*)