TIMES JAKARTA, JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus memperkuat kesadaran dan manajemen risiko di lingkungan kerjanya melalui pelatihan dan sertifikasi kompetensi bagi para pejabat dan pegawai. Hal ini diwujudkan dalam acara “Penguatan Komitmen Kemenkeu dalam Implementasi Manajemen Risiko melalui Sertifikasi GRCE” yang digelar pada Senin (17/3) di Kantor Pusat Kemenkeu.
Program ini menekankan pentingnya pemahaman risiko sebelum mengambil keputusan strategis, agar setiap langkah yang diambil lebih terukur dan akuntabel.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Anggito Abimanyu, menegaskan bahwa pendekatan proaktif terhadap risiko adalah kunci tata kelola yang baik. “Kita harus menaruh risiko di depan, bukan di belakang. Kita harus memahami inherent risk sebelum memulai suatu kegiatan,” ujar Anggito saat menghadiri acara tersebut.
Program sertifikasi ini dirancang untuk membangun budaya sadar risiko di lingkungan Kemenkeu. Selain itu, program ini bertujuan mencetak risk expert yang dapat menjadi pelatih bagi unit-unit kerja lainnya.
Dengan sertifikasi ini, Anggito berharap pejabat mampu mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko dengan lebih baik, sehingga kebijakan dan program yang dijalankan memiliki landasan kuat dan mitigasi yang optimal.
Inovasi Digital untuk Manajemen Risiko
Kemenkeu juga sedang mengembangkan aplikasi berbasis digital untuk mempermudah pembuatan profil risiko dan mitigasi risiko yang lebih efektif.
Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan kecepatan dalam menanggulangi potensi risiko yang mungkin muncul dalam berbagai program dan kebijakan kementerian.
Ke depan, Anggito juga berharap, langkah ini akan terus dikembangkan untuk memastikan bahwa seluruh kebijakan dan program pemerintah didukung oleh analisis risiko yang matang dan terstruktur. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kemenkeu Perkuat Manajemen Risiko dengan Sertifikasi GRCE dan Inovasi Digital
Pewarta | : Faizal R Arief |
Editor | : Faizal R Arief |