https://jakarta.times.co.id/
Berita

Rokok Elektrik Juga Berbahaya, Ini Penjelasan Dokter Spesialis Paru

Jumat, 04 Juni 2021 - 09:24
Rokok Elektrik Juga Berbahaya, Ini Penjelasan Dokter Spesialis Paru Dokter Ahli Pulmonologi (Paru) dr. Astri Indah Prameswari, Sp.P (FOTO: Dokumen/Pribadi)

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Dokter Ahli Pulmonologi (Paru) dr. Astri Indah Prameswari, Sp.P menuturkan bahwa rokok elektrik punya pengaruh yang sama terhadap kerusakan saluran napas dan jaringan paru dibandingkan rokok konvensional.

Menurut lulusan pendidikan Spesialis Paru di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu, perbedaan antara rokok elektronik dan konvensional adalah ketiadaan kandungan tembakau yang membuatnya dianggap lebih "aman".

"Padahal, rokok elektrik mengandung zat dan bahan kimia lain yang sama-sama tidak dianjurkan dan membahayakan saluran pernapasan dan paru," kata Astri di Jakarta, Jumat (4/6/2021).

Mengandung Nikotin

Ia menjelaskan, rokok elektronik mengandung nikotin yang berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan paru, meningkatkan risiko terkena kanker paru, serta kecanduan, yang apabila penggunaannya dihentikan dapat menyebabkan depresi.

Selain itu, rokok elektronik juga mengandung zat kimia propilen glikol yang dapat mengiritasi paru-paru dan mata, serta menyebabkan gangguan saluran pernapasan seperti asma dan obstruksi paru. 

Rokok elektronik menghasilkan aroma dari kandungan diasetil yang apabila dihirup dapat menyebabkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Rokok jenis ini juga mengandung zat karsinogenik, seperti formaldehida yang dapat menyebabkan kanker.

Sementara itu, Spesialis penyakit dalam dr. Pandang Tedi Adriyanto, M.Sc, Sp.PD, FINASIM menjelaskan, saat ini belum ada dampak positif merokok konvensional maupun rokok elektronik. Perokok pasif atau aktif, sama-sama berisiko mengalami masalah kesehatan jika menghirup asap rokok.

"Bahaya rokok elektrik hampir sama dengan bahaya merokok konvensional karena kandungan zat kimia di rokok elektrik juga sama bahayanya," jelasnya Spesialis penyakit dari Universitas Gadjah Mada itu.

Rokok Elektrik Digemari Remaja

Peneliti Asosiasi Pengendalian Tembakau Asia Tenggara (SEATCA) Mouhamad Bigwanto itu, dalam diskusi Januari lalu mengatakan penggunaan rokok elektronik di Indonesia kian meningkat karena iklan dan promosi yang marak. 

Pengguna remaja makin banyak karena iklan dan promosi melalui media digital, menciptakan citra positif. Bigwanto mengatakan, ada banyak informasi tidak tepat mengenai rokok elektrik yang beredar, seperti diklaim lebih aman dan bisa membantu berhenti merokok. (*)

Pewarta : Edy Junaedi Ds
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.