TIMES JAKARTA – Siapa yang tidak menginginkan bangsa kita sendiri jaya, menjadi negara yang merajai pasar dunia dan menjadi negara adidaya layaknya Amerika. Pasti semua rakyat Indonesia menginginkan hal itu.

Berdiri secara mandiri (berdikari) merupakan konsep yang diidamkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, dengan tujuan agar negara kita tidak dianggap sebelah mata dan tidak diabaikan, terutama dalam bidang ekonomi. Berdikari merupakan perwujudan dari bangsa yang mandiri, kuat, dan tidak tergantung pada negara lain.

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, yang akrab dipanggil Bung Karno, menggaungkan konsep berdikari dalam pidatonya pada tanggal 17 Agustus 1964, yang dikenal dengan singkatan "Tavip". Beliau merujuk pada fakta bahwa Indonesia merupakan negara yang luas dan memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun sumber daya ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk percepatan pertumbuhan ekonomi.

Bung Karno sangat ingin menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang mandiri, mampu "berdiri di kaki sendiri" untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perekonomian yang berkelanjutan. Bagi beliau, ketergantungan pada negara lain dalam bidang ekonomi tidak akan menjamin kesejahteraan rakyat, bahkan berpotensi menimbulkan kemerosotan ekonomi nasional yang berkepanjangan.

Sektor ekonomi dapat disebut sebagai tulang punggung suatu negara, dan memiliki perekonomian yang baik dan dikelola secara sistematis akan mendukung sektor-sektor kenegaraan lainnya serta pertahanan negara.

Berdasarkan tujuan tersebut, konsep berdikari ini perlu diintegrasikan dan direalisasikan dalam kebijakan negara. Jika tidak diimplementasikan, konsep luar biasa ini hanya akan menjadi catatan sejarah tanpa dampak yang berarti bagi kesejahteraan rakyat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hilirisasi adalah proses pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi atau jadi. Upaya hilirisasi bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk dengan mengolahnya menjadi produk yang lebih kompleks dan bernilai jual lebih tinggi.

Banyak hasil bumi Indonesia diekspor dalam bentuk mentah dengan harga rendah untuk pasar internasional, namun ketika diolah menjadi produk jadi, kita membelinya kembali dengan harga yang lebih tinggi. Oleh karena itu, hilirisasi menjadi suatu hal yang penting untuk meningkatkan nilai tambah hasil bumi kita.

Sumber ekspor terbesar Indonesia adalah sektor pertanian, karena Indonesia merupakan salah satu megara agraris terbesar di dunia dengan sumber daya yang melimpah. Hal ini sudah terjadi sejak zaman dahulu, namun kita harus memastikan bahwa sumber daya kita dikelola secara efisien dan berkelanjutan untuk kebaikan bangsa dan negara.

Oleh karena itu, diharapkan pemerintah juga memiliki pandangan yang sejalan dengan konsep berdikari ini. Jika tidak diimplementasikan, konsep yang luar biasa ini hanya akan menjadi catatan sejarah tanpa dampak yang berarti bagi kesejahteraan rakyat.

***

*) Oleh : Fitrah Arnanda Arfianto, Mahasiswa Universitas KH. Mukhtar Syafa'at.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.