TIMES JAKARTA, MALANG – Special screening film “Gara Gara Warisan” digelar di Cinepolis Malang Town Square, Kamis, 21 April 2022.
Hadir dalam acara itu, Ernest Prakasa selaku produser, Muhadkly Acho sebagai sutradara, dan juga aktor Oka Antara. Acara tersebut dimulai dengan perdana nonton bersama para awak media di Malang, dan dilanjutkan dengan press conference yang dijawab dengan antusias.
Ditanya apakah ada hal-hal yang paling berkesan selama proses syuting? Mereka saling menjawab bergantian.
Ernest mengatakan bahwa hal paling membekas padanya yaitu ketika sang sutradara tidak dapat menahan tangis untuk adegan yang ditulisnya sendiri.
“Kalo buat saya yang paling membekas adalah ketika menyaksikan Acho sebagai sutradara kerepotan sendiri menahan tangis untuk adegan yang dia buat sendiri. Dia yang nulis, dia yang direct, dia yang nangis,” jawabnya sambil menarik gelak tawa.
Disambung Muhadkly Acho, dirinya menjelaskan bahwa ketika ia bertemu dengan para pemain untuk pertama kalinya. Dirinya juga sangat grogi di awal.
“Yang paling membekas buat gua adalah hari pertama sebelum ketemu para pemainnya. Karena buat gua, nama-nama besar yang selama ini gua hanya saksikan di layar kaca, ternyata di film pertama gua harus mengarahkan mereka gitu. Jadi ada perasaan grogi yang sangat tinggi, apakah mereka bisa menerima saran dari gua atau gimana.”
Lain lagi dengan Oka Antara, aktor kawakan itu mengatakan bahwa film “Gara Gara Warisan” adalah film komedi pertamanya. Dia merasa senang karena bisa terlibat langsung.
“Kalo buat saya sih, ini film komedi pertama saya. Jadi sangat sangat berkesan. Ada banyak ilmu dari temen-temen komika, aktor senior. Happy banget bisa terlibat film ini, dan mudah-mudahan sukses.”
Ernest mengungkapkan alasan dirinya memilih Muhadkly Acho. “Karena saya kenal Acho sudah lama. Bahkan Acho membuka tur saya di Malang awal 2012 ya. Stand up, Acho salah satu opener saya juga. Jadi kerja bareng udah 10 tahun gitu, bekerja sama dan berteman.”
“Jadi saya yakin betul Acho sudah siap untuk menjadi sutradara di project ini. Selama ini sudah terlatih sebagai komedian, sebagai penulis, jadi sepertinya sudah saatnya diberikan kesempatan menjadi sutradara gitu,” lanjutnya mantap.
Sang sutradara sendiri mengatakan bahwa, dalam penulisan karakter-karakter yang ada di dalam film tersebut memang terinspirasi dari orang-orang terdekat, seperti teman ataupun keluarga. Bahkan Acho sendiri merasa konflik tentang warisan adalah hal yang hampir semua keluarga relate atau bahkan pernah bersinggungan.
Tentu saja ini bukan tulisan pertama Acho, karena sebelumnya ia pernah menulis scenario untuk film “Kapal Goyang Kapten” di tahun 2019 bersama dengan Awwe. “Sebetulnya udah pernah dulu, film Kapal Goyang, Kapten sebagai penulis skenario bersama Awwe gitu. Cuma yang menulis sendiri dan menyutradarai, ini yang pertama tayang.”
Film yang mulai digarap sekitar Maret-April 2021 lalu melalui proses yang bisa dikatakan maksimal.
“Kita menggarapnya itu di sekitar Maret-April 2021. Jadi sebenernya syutingnya sudah setahun yang lalu. Kita punya waktu banyak ketika kita melakukan proses post production atau paska produksi, sehingga editing, musik, color grading, semuanya bisa berjalan dengan lancar tanpa tergesa-gesa. Jadi bisa kita maksimalkan,” jelas Ernest.
Proses syuting di tengah pandemi yang masih ada tidaklah mudah dan terbilang tricky. Mulai dari kabar kru yang tiba-tiba positif, bahkan diusir warga setempat juga pernah. Acho juga mengatakan bahwa Ernest selalu on location untuk mengatasi hal-hal tersebut, sehingga dirinya bisa fokus dengan para pemain dan juga adegan.
Ia juga mengatakan bahwa Ernest adalah produser yang selalu ada. “Jadi kayak gimana caranya hal-hal itu nggak mengganggu konsentrasi gua dalam melakukan proses creative. Disitulah Ernest mengambil porsi yang besar sekali, karena dia jadi produser yang selalu ada.”
Film “Gara Gara Warisan” cocok sekali untuk dinikmati bersama keluarga, dikarenakan menghibur, menyentuh, dan juga ada pesan yang tersimpan di dalamnya. Acho sendiri juga mengatakan bahwa, pesan yang ingin disampaikan dari film ini adalah rasa percaya kepada keluarga. Menurutnya ironis sekali ketika pembagian warisan yang harusnya menjadi momen penyatuan, malah menjadi awal untuk sebuah pertikaian.
“Pesan-pesannya sih lebih ke pada rasa percaya sama keluarga. Karena ini kan sebetulnya ironis ya, maksudnya warisan ini kan seharusnya jadi momen yang menyenangkan buat semua. Ini kan pembagian gitu. Tapi kenapa momen yang seharusnya jadi pembagian ini kok seringkali malah jadi momok untuk mengawali sebuah pertikaian. Itu kan ada sesuatu yang harus dibenahi disini. Makanya seringkali kita lupa bahwa warisan itu sebetulnya bukan soal pembagian, tapi penyatuan. Itu yang ingin disampaikan dalam film ini.”
Dirinya juga melanjutkan bahwa ia berharap setelah menonton film yang dibuatnya, tidak ada lagi keluarga yang saling berkonflik, dan juga bisa lebih bijak soal warisan juga.
“Gara Gara Warisan” yang akan rilis pada 30 April 2022 mendatang, menceritakan tentang tiga bersaudara yang memperebutkan warisan milik ayahnya, Dahlan (Yayu Unru) berupa guest house. Ketiga bersaudara tersebut yaitu Adam (Oka Antara), Laras (Indah Permatasari), dan juga Dicky (Ge Pamungkas) saling bersaing untuk berusaha menjadi yang terbaik dan mendapatkan warisan tersebut. Lambat laun diantara persaingan warisan itulah, mulai terungkap cerita-cerita masa lalu yang tidak mereka ketahui, dan belajar untuk saling percaya kepada satu sama lain.(*)
Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
Editor | : Faizal R Arief |