TIMES JAKARTA, JAKARTA – Selamat ulang tahun Pancasila, Mungkin hal tersebut yang bisa terucap dari hati yang paling dalam ini. Momentum tanggal 1 Juni merupakan hari peringatan lahirnya pancasila yang dimana dasar Negara tercinta Indonesia terlahir.
Meminjam kata dari Presiden Republik Indonesia sekaligus pemikir dan pengagas pancasila "Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah”.
Ketika kita mendengar kutipan dari sang proklamator ini, bahwasanya pancasila lahirnya dari masyarakat, tradisi, budaya asli Indonesia sehingga hal ini menjadi dasar Negara kita sampai saat ini. Tentu dengan kata lain kita bisa memaknai bahwasanya pancasila lahir asli dari Indonesia bukan dari barat, timur atau tengah.
Namun kenapa hari Lahirnya Pancasila hanya menjadi seremonial? Ini adalah pertanyaan penting yang harus kita mengerti bersama.Ketika peringatan hari pancasila 1 Juni kita hanya melihat baliho bertulisakn selamat hari lahirnya pancasila yang berjejer di jalan.
Selain itu, ditengah moderenisasi teknologi kususnya media sosial, setiap peringatan hari lahirnya pancasila kita lihat ucapan selamat lahirnya pancasila di media sosial yang di posting oleh media sosial pemerintah, pejabat publik, perusahaan swasta sampai dengan msayrakat yang mengucapkan. Namun demikian masayrakat Indonesia banyak melupakan esensi dari Pancasila sendiri.
Banyaknya kasus kriminalitas dan pelanggaran hukum di Indonesia menjadi saksi bahwasanya seluruh rakyat Indonesia baik pemerintah dan masyarakat melupkan nilai nilai Pancasila. Tingginya korupsi yang terjadi di kalangan pejabat publik menandakan bahwasanya pemerintah lupa akan nilai yang terkandung dalam setiap sila ditubuh Pancasila.
Kasus penahaan ijazah, penebangan pohon untuk pembukaan lahan sawit, pengplosan bahan bakar minyak, eksploitasi alam yang berlebihan merupakan bukti perusahaan tidak memperdulikan pancasila dan sila yang terkandung didalamnya.
Kalangan bahawah atau masyarakat sendiri semakin tidak mempedulika pancasila yang menjadi dasar Negara inidengan kita banyak melihat kasus perampokan, perjudian online, penipuan bahkan masih banyak lagi kasusnya.
Keadaan ini terjadi karena kita semua hanya melakukan seremonila semata pada tanggal 1 Juni tanpa memaknai bahkan menjadikan pancasila sebagai pandangan hidup. Ketika kita memaknai pancasila sebagai pandangan hidup sila:
Pertama, ketuhanan yang maha esa, maka pejabat publik, swasta bahkan masyarakat akan takut untuk melakukan kesalahan karena kita bertuhan.
Kedua, dapat kita jadikan acuan untuk segala perbuatan kita memiliki rasa ke adil dan beradab pasti tidak aka nada korupsi di kalangan pejabat publik, keserakahan eksploitasi sumberdaya alam oleh perusahaan, serta saling menghormati dan membantu sesame msayarakat.
Ketiga, yakni sila persatuan yang dimana ketika kita menjadikan pandangan hidup dan menjunjungtinggi nilai ini maka rasa aman dan persatuan akan terealisasikan di Indonesia dan tidak akan terjadi perpecah belahan.
Keempat, yakni sila yang mengajarkan kita untuk bermusyawarah karena dengan melakukan hal ini segala keputusan akan baik dan terjadi sesuai keinginan bersama karena musyawarah yang mufakat.
Terahir Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, pemerintah yang adil, perusahan dan swasta yang adil, masyarakat yang adil menjadikan Negara ini aman, tentram dan nyaman karena semua mengerti tentang porsi dan tanpa adanya keinginan untuk menguasai satu dengan yang lainya.
Kita sebagai bangsa yang hebat dan untuk menuju Indonesia emas 2045, marikita jadikan hari lahirnya pancasila bukan seremonial namun lebih kepada pandangan hidup bahkan ketika kita bisa menjadikan gaya hidup sehari hari baik bernegara, beragama dan bermasyarakat. Sekali lagi selamat ulang tahun Pancasila , semoga engkau tetap abadi dalam diri Indonesia. (*)
***
*) Oleh : Haidar Fikri, M.A.P., Alumni Magister Administrasi Publik Universitas Sebelas MAret.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |