https://jakarta.times.co.id/
Kopi TIMES

Pemilu 2024 dan Kaum Muda

Selasa, 21 Februari 2023 - 14:44
Pemilu 2024 dan Kaum Muda Falihin Barakati, ahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta yang juga merupakan pemerhati Pemilu dan Demokrasi. 

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Pemilu 2024 akan memiliki warna tersendiri dalam perjalanan sejarah pesta demokrasi Indonesia yang telah dilewati sebelumnya.

Pada Pemilu 2024 nanti, pemiilih akan sangat didominasi oleh kaum muda. Berdasarkan survey dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada Agustus 2022, kaum muda yaitu generasi Z dan Milenial yang rentan usianya 17-39 pada Pemilu 2024 mendatang diprediksi angkanya mendekati 60 persen. Artinya, ada lebih dari setengah jumlah pemilih pada Pemilu 2024 merupakan kaum muda.

Hal senada juga ditegaskan oleh Komisoner KPU RI, August Mellaz saat menjadi narasumber dalam sebuah diskusi di Media Center Bawaslu RI pada 2 Februari 2023 yang bertajuk “Pentingnya Pemilih Pemula dan Pemilih Muda Mengenal Jenis dan Bentuk Pelanggaran Pemilu”.

Menurutnya, penduduk yang berusia 15 tahun yang mungkin nanti menjadi pemilih pemula (berusia 17 tahun) pada saat 2024 sampai dengan usia 39 tahun hingga 40 tahun, proporsinya sekitar 53 sampai 55 persen atau 107 juta, hampir 107-108 juta dari total jumlah pemilih di Indonesia.
Melihat data tersebut di atas, di mana lebih dari setengah jumlah pemilih pada Pemilu 2024 mendatang merupakan kaum muda.

Maka dapat dikatakan bahwa kaum muda akan menjadi elemen masyarakat yang sangat menentukan kualitas dari demokrasi dan Pemilu 2024 mendatang di Indonesia. Posisi kaum muda yang sangat krusial ini mengharuskan kaum muda memiliki antusiasme dan partisipasi politik yang tinggi dibarengi dengan pengetahuan politik yang memadai. 

Berdasarkan rilis hasil riset dari lembaga survey Aksara Research and Consulting menunjukkan tingginya antusiasme pemilih dari kaum muda yakni usia 17-39 tahun untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2024 mendatang. Ada sebanyak 70,7 persen responden kaum muda yang menyatakan akan menggunakan hak pilihnya pada pemilu 2024. Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah antusiasme tersebut hanya sebatas menggunakan hak pilih tanpa dibarengi pengetahuan dan peran aktif dalam politik? 

Sekalipun angka persentase kaum muda yang ingin menyalurkan hak pilihnya di Pemilu 2024 mendatang terbilang tinggi, namun kita tidak bisa menafikkan suatu keadaan anak muda di tengah modernisasi kehidupan dan kemajuan teknologi informasi saat ini yang cenderung cuek terhadap bahasan-bahasan politik.  

Hal ini sejalan dengan hasil survey Alvara Research Center tahun 2018 yang menemukan bahwa hanya ada 22 persen generasi milenial yang menyukai pemberitaan politik. Sementara sisanya, mereka yang berusia 21-35 tahun tersebut lebih menyukai pemberitaan lifestyle, musik, teknologi dan film. Hal ini menunjukkan minat kaum muda yang berkaitan dengan diskusi atau bahasan terma politik masih rendah yang bisa berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang politik.  

Jika kedua data survey ini dikomparasikan, dimana angka kaum muda yang akan menyalurkan hak politik atau suaranya di Pemilu 2024 begitu tinggi sementara minat kaum muda terhadap bahasan terma politik begitu rendah, maka kaum muda berpotensi besar hanya akan menjadi komoditi politik yang sekadar dimanfaatkan suaranya pada saat Pemilu 2024 tanpa pengetahuan politik yang memadai dan tanpa peran-peran yang strategis. Kaum muda hanya akan menjadi obyek politik, bukan menjadi subyek politik yang ikut memberikan kontribusi positif bagi kehidupan politik dan demokrasi Indonesia khususnya pada Pemilu 2024.

Oleh karena itu, hemat penulis, di kondisi ini pendidikan politik menjadi jalan yang mesti ditempuh untuk para kaum muda dalam hal ini generasi Z dan Milenial menjelang Pemilu 2024. Pendidikan politik ini diperlukan banyak pihak yang terlibat, tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara Pemilu, tetapi juga peserta Pemilu dan pemantau Pemilu bahkan hingga lembaga pendidikan tinggi.

Dengan banyaknya pihak yang terlibat, diharapkan pendidikan politik kepada kaum muda akan lebih massif dilakukan. Selain keterlibatan banyak pihak, bentuk pendidikan politik mesti diformulasikan sesuai dengan kehidupan kaum muda saat ini yang begitu dekat dan lekat dengan teknologi informasi salah satunya dengan memanfaatkan teknologi informasi misalnya media sosial.

Diharapkan dengan pendidikan politik ini, akan meningkatkan literasi politik kaum muda serta bisa mendorong kaum muda untuk terlibat aktif dalam Pemilu 2024 sehingga tidak hanya menjadi obyek politik, tetapi juga subyek politik yang berkontribusi positif bagi kehidupan politik dan demokrasi di Indonesia.

***

*) Oleh: Falihin Barakati, ahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta yang juga merupakan pemerhati Pemilu dan Demokrasi. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.