TIMES JAKARTA, JAKARTA – style="text-align:justify">Israel dengan didukung pemerintahan Donald Trump sedang membentuk sebuah departemen di Kementerian Pertahanannya yang disiapkan untuk mengusir warga Palestina dari Gaza.
Minggu (9/3/2025) malam, Menteri Keuangan Israel yang Ekstremis, Bezalel Smotrich mengungkapkan, Israel akan bekerja sama dengan pemerintahan Trump untuk menentukan negara mana yang akan menerima pengungsi dari Gaza.
"Kami tengah berupaya membangun administrasi imigrasi, dan kami tengah mempersiapkannya di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yisrael Katz. Soal anggaran tidak menjadi masalah," kata Smotrich, yang juga menjabat sebagai Menteri Negara di Kementerian Pertahanan, dalam sebuah konferensi di Knesset seperti dilansir Al Jazeera.
"Pejabat pemerintah AS mengatakan kepada saya bahwa dua juta orang yang membenci Israel tidak bisa dibiarkan berada begitu dekat dengan perbatasan kami," lanjut pemimpin partai Zionisme Religius sayap kanan itu.
"Jika kita mendeportasi 5.000 orang sehari maka akan memakan waktu satu tahun, logistiknya rumit karena kami harus tahu siapa yang akan pergi dan ke negara mana," tambahnya.
Ia menambahkan, bahwa Israel bekerja sama dengan pemerintahan AS yang dipimpin Donald Trump untuk menentukan negara-negara yang akan menerima pengungsi dari Gaza.
Sementara pertemuan puncak darurat Arab mengenai Palestina di Kairo Selasa lalu mengadopsi rencana untuk membangun kembali Gaza tanpa mengusir warga Palestina darinya, dengan pelaksanaannya memakan waktu 5 tahun dan menghabiskan biaya sekitar 53 miliar dolar.
Namun Israel dan Amerika Serikat mengumumkan penolakan mereka terhadap rencana tersebut dan kepatuhan mereka terhadap rencana Trump, yang telah digemakan sejak 25 Januari, untuk mengusir warga Palestina di Gaza ke negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania meski kedua negara itu telah menolaknya.
Negara-negara Arab lainnya serta organisasi-organisasi regional dan internasional juga menolaknya.
Dengan dukungan Amerika Serikat, Israel telah melakukan genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023, menyebabkan lebih dari 160.000 warga Palestina menjadi meninggal dunia dan terluka.
Kebanyakan para korban itu adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 14.000 orang hilang yang diduga tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang dihancurkan secara besar-besaran oleh tentara Israel.
Israel telah mengubah Gaza menjadi penjara terbesar di dunia, mengepungnya selama 18 tahun, dan sekitar 1,5 juta dari 2,2 juta warga Palestina menjadi tuna wisma setelah perang pemusnahan karena mereka sengaja menghancurkan rumah mereka.
Kini, meskipun Yordania, Mesir dan negara negara Arab menolak rencana yang digagas Donald Trump itu, namun Israel yang juga didukung AS telah membentuk sebuah departemen di Kementerian Pertahanannya yang disiapkan untuk mengusir warga Palestina dari Gaza.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Bersama AS, Israel Tetap Akan Usir Warga Palestina Dari Gaza
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Imadudin Muhammad |