https://jakarta.times.co.id/
Berita

Kasus Superflu Naik, IDAI Minta Waspada Influenza H3N2

Senin, 29 Desember 2025 - 23:04
Kasus Superflu Naik, IDAI Minta Waspada Influenza H3N2 Ilustrasi - Anak terkena influenza. (Foto: Freepik)

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Anggota Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Nastiti Kaswandani Sp.A(K) mengatakan masyarakat perlu waspadai adanya peningkatan kasus influenza penyebab infeksi saluran pernafasan akut di antaranya varian H3N2 yang viral dengan istilah “superflu”.

Nastiti mengatakan istilah “superflu” pada kasus influenza karena penularannya yang cepat terutama di wilayah atau negara yang dingin, bisa berbahaya dengan gejala yang ringan sampai berat karena penularannya melalui droplet atau ludah dari batuk atau bersin serta kontak langsung dengan cairan nafas orang yang terinfeksi.

“Nah masalahnya mungkin salah satu jadi penyebab istilah ‘superflu’ ini karena penularannya cepat, jadi satu orang itu bisa menulari 2-3 orang sekitarnya, diperkirakan varian ini mungkin bisa menulari lebih tapi belum ada penelitiannya,” kata Nastiti dalam diskusi “Mengenali dan mewaspadai superflu” yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (29/12/2025).

Superflu merupakan bagian virus influenza H3N2 dengan varian subclade K yang dicurigai menjadi penyebab naiknya kasus influenza di musim dingin antara Oktober hingga Januari atau Februari. 200 kasus ditemukan dengan melakukan genome sequencing di Amerika dan belahan bumi utara yang terdapat musim dingin di Oktober hingga akhir tahun ini.

Nastiti mengatakan H3N2 dikatakan evolusinya tinggi, mudah menular dan bermutasi serta berpotensi untuk menimbulkan epidemi atau kasus influenza massal yang bisa menyebabkan pasien-pasien itu banyak terkena sakit dan harus di rawat rumah sakit yang menyebabkan gelombang kenaikan kebutuhan alat kesehatan maupun obat-obatan di negara-negara dengan winter yang berat atau yang lama.

“Dikatakan bahwa gejalanya mungkin sebetulnya sama dengan gejala influenza A pada umumnya ada demam tinggi, menggigil, sakit kepala, sampai nyeri tenggorokan maupun gejala-gejala pilek, dan kalau kita dalami lebih lanjut mengenai subclade K ini dia bagian atau varian dari flu A H3N2 dia tidak bisa dideteksi secara klinis, artinya dokter kalau melihat saja bahkan tidak bisa membedakan ini influenza atau bukan influenza, hanya mungkin bisa menduga ini secara klinis mirip influenza,” katanya.

Influenza bisa dideteksi dengan rapid test, dengan pemeriksaan swab, namun untuk mendeteksi H3N2 dengan variannya subclade K harus dilakukan genome sequencing di laboratorium yang canggih seperti saat Covid.

Gejala influenza H3N2 yang mirip dengan influenza A bisa berisiko tinggi pada kelompok balita dan lansia karena menimbulkan keparahan, kelompok risiko lainnya yakni pasien dengan komorbiditas atau penyakit kronik, penyakit jantung bawaan pada anak dan kardiovaskular pada dewasa, penderita kanker, dan pasien dengan obat yang menekan imunitas.

Nastiti mengatakan sampai saat ini tidak terbukti bahwa keparahan subclade K H3N2 lebih tinggi daripada varian yang lainnya, atau masih mirip dengan varian lain dari flu A. Ia mengatakan imunisasi influenza masih menjadi cara terbaik untuk menurunkan penularan atau keparahan.

“Tetap dalam laporan-laporan dinyatakan bahwa kerentanan ini meningkat pada orang-orang yang tidak mendapatkan imunisasi influenza, jadi memang imunisasi influenza masih terbukti berpengaruh baik atau bisa menurunkan resiko pada mereka,” kata Nastiti. (*)

Pewarta : Antara
Editor : Hendarmono Al Sidarto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.