TIMES JAKARTA, JAKARTA – Tim penyelamat melakukan pencarian korban gempabumi dahsyat di Tibet hingga larut malam di bawah suhu minus 16 derajat celsius, dan hingga pagi ini korban meninggal dunia bertambah menjadi 126 orang.
Gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,1 SR, Selasa pagi sekitar pukul 09.00 waktu setempat (01:00 GMT) mengguncang daratan Tibet.
Diketahui 3000 an bangunan rumah di daerah terpencil di wilayah Tibet, China, dekat Everest, ambruk total.
Selain menewaskan 126 orang, gempa ini juga melukai 188 orang penduduk di kaki pegunungan Himalaya itu.
Operasi penyelamatan berskala besar pun diluncurkan, dimana para korban berada dibawah tekanan tambahan karena suhu diprediksi turun hingga -16C pada malam hari.
Dengan menggunakan tangan kosong dan sekop, mereka dalam kondisi yang sangat dingin, para petugas penyelamat itu menggali reruntuhan untuk mencari korban selamat setelah gempa bumi berkekuatan 7,1 skala Richter.
Gempa itu menghancurkan rumah-rumah dan mengagetkan orang-orang hingga terbangun di daerah terpencil di Tibet pada hari Selasa di dekat kaki bukit utara Gunung Everest.
Epicentrum atau pusat gempa berada pada kedalaman 6,2 mil di Kabupaten Dingri, dekat salah satu kota paling bersejarah di Tibet, di wilayah barat China, demikian dilaporkan media pemerintah.
Gempa bumi tersebut merupakan yang paling mematikan di negara itu setelah bulan Desember 2023 yang waktu itu menewaskan 151 orang akibat gempa berkekuatan 6,2 SR di provinsi barat laut Gansu dan Qinghai.
Lembaga penyiaran pemerintah China melaporkan bahwa lebih dari 1.000 rumah mengalami beberapa bentuk kerusakan di Daerah Dingri, yang ketinggian rata-ratanya sekitar 15.000 kaki, di sepanjang perbatasan Himalaya dengan Nepal.
Gempa bumi sering terjadi di wilayah tersebut, yang terletak pada garis patahan geologi utama, tetapi gempa hari Selasa adalah salah satu yang paling mematikan di China dalam beberapa tahun terakhi
Getaran gempa di Tibet ini terasa sampai di Patna, Guwahati dimana orang-orang langsung berhamburan keluar rumah dan keluar dari apartemen mereka.
Gempa berkekuatan 7,1 skala Richter yang terjadi pada kedalaman 10 km (enam mil) ini, menurut data Survei Geologi AS, juga terasa di Nepal dan beberapa wilayah India, yang berbatasan dengan Tibet.
Video yang diterbitkan oleh lembaga penyiaran pemerintah China CCTV menunjukkan rumah-rumah yang hancur dan bangunan-bangunan yang runtuh di kota suci Shigatse di Tibet, dengan petugas penyelamat berjalan melalui puing-puing dan membagikan selimut tebal kepada penduduk setempat.
Suhu di daerah Tingri, dekat episentrum gempa di kaki bukit utara Himalaya, sudah mencapai -8C sebelum malam tiba, menurut Badan Meteorologi Tiongkok.
Sangji Dangzhi - yang supermarketnya rusak akibat gempa bumi mengatakan, kerusakan rumah sangat luas.
"Di sini rumah-rumahnya terbuat dari tanah, jadi ketika gempa terjadi... banyak rumah yang runtuh," kata pria berusia 34 tahun itu kepada kantor berita AFP melalui telepon. Ia menambahkan ambulans telah membawa orang-orang ke rumah sakit sepanjang hari.
Media pemerintah mengatakan bahwa, hingga pukul 19.00 waktu setempat, tercatat sekitar 3.609 bangunan runtuh, berpotensi menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Seorang penghuni hotel di Shigatse mengatakan kepada media China Fengmian News bahwa ia terbangun karena guncangan hebat. Ia mengatakan bahwa ia meraih kaus kakinya dan bergegas ke jalan, di mana ia melihat helikopter berputar-putar di atasnya.
"Rasanya seperti tempat tidur pun terangkat," katanya, seraya menambahkan bahwa ia langsung tahu itu adalah gempa bumi karena Tibet baru-baru ini mengalami beberapa gempa bumi yang lebih kecil.
Baik listrik maupun air di wilayah tersebut, yang tidak dapat diakses dengan bebas oleh wartawan, telah terputus. Terjadi lebih dari 40 gempa susulan dalam beberapa jam pertama setelah gempa. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pencari Korban Gempa Tibet Bekerja di Bawah Suhu Minus 16 Derajat Celsius
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |