TIMES JAKARTA, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) sedang menggebrak dengan meluncurkan terobosan besar: instrumen operasi moneter valas baru berbasis spot dan swap langsung antara rupiah dengan yuan China (CNY) serta yen Jepang (JPY).
Langkah revolusioner ini jadi bagian dari strategi jitu BI untuk memperkokoh stabilitas rupiah sekaligus membuat kebijakan moneter lebih ampuh tanpa selalu bergantung pada dolar AS.
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, blak-blakan dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur November 2025 seperti dilansir Antara,Rabu (19/11/2025).
Ia mengatakan intervensi pasar offshore dan triple intervention saja tak lagi cukup di tengah gempuran global.
"Kami ingin solusi yang lebih permanen dan struktural, yakni memperdalam pasar valas rupiah-yuan serta rupiah-yen di dalam negeri," tegas Destry.
Tujuan Ganda yang Menggiurkan
- Mendukung operasi moneter harian.
- Memperdalam pasar uang domestik.
- Memperkuat penggunaan Local Currency Transaction (LCT) dengan China dan Jepang.
Transaksi LCT Indonesia-China sudah melonjak drastis, kini menyentuh USD1 miliar per bulan. Namun, bank-bank tanah air sering kehabisan stok yuan karena harus beli dolar dulu baru ditukar ke yuan — ribet dan mahal.
Dengan instrumen baru ini, BI menyediakan pasokan yuan dan yen langsung di pasar domestik. Hasilnya? Ketergantungan pada dolar AS bakal berkurang tajam, biaya transaksi lebih murah, dan rupiah semakin tangguh.
Destry menambahkan, sejak diluncurkan, nilai transaksi LCT hingga Oktober 2025 sudah melejit 1,6 kali lipat dibanding seluruh tahun 2024. Jumlah pelaku usahanya pun membengkak dari 5.053 menjadi lebih dari 15.000 entitas!
Tantangan Global Masih Mengintai
Di sisi lain, Destry mengingatkan dunia masih penuh ketidakpastian. Indeks dolar AS terus menguat, yield US Treasury jumbo, dan sentimen risk-off membuat modal asing enggan masuk ke emerging markets seperti Indonesia.
Akibatnya, sejak awal Oktober 2025 rupiah melemah 0,48%. Mata uang tetangga juga babak belur: won Korea Selatan anjlok 4,25%, peso Filipina 1,34%, baht Thailand 0,21%. Untungnya, hari ini rupiah langsung rebound 0,21%, diikuti peso dan baht — tanda perlawanan mulai bangkit.
Dengan "senjata" yuan dan yen ini, BI tak lagi sekadar bertahan — tapi mulai menyerang balik dominasi dolar AS. Apakah ini awal dari era baru rupiah yang lebih bebas dan kuat? (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Gebrakan BI: Yuan–Yen Jadi Senjata Baru Operasi Moneter Indonesia
| Pewarta | : Hendarmono Al Sidarto |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |