TIMES JAKARTA, JAKARTA – Ketua Umum Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), Deddy Mizwar menegaskan pentingnya peran film dalam diplomasi kebudayaan untuk membangun citra negara di mata dunia.
Hal itu ia sampaikan dalam acara pengarahan media mengenai penyelenggaraan festival film Islam negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (16/9/2025).
“Kita tahu diplomasi kebudayaan ini sekarang menjadi salah satu upaya yang sangat bagus. Untuk mendudukkan posisi negara-negara tertentu yang memiliki visi ke sana ya,” ujar Deddy.
Korea Selatan hingga AS Jadi Contoh
Deddy mencontohkan Korea Selatan yang sukses memanfaatkan film dan drama sebagai alat diplomasi budaya. Menurutnya, drama Korea (drakor) mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat hingga berdampak pada pemasaran produk seperti Samsung, Hyundai, hingga skincare.
“Sekarang Korea ya, emak-emak pada nangis mengenai drakor. Bapak-bapak juga. Bicara handphone ingat Samsung, mobil ingat Hyundai, skincare pasti Korea,” ucap aktor senior itu.
Selain Korea Selatan, Amerika Serikat juga dianggap berhasil membangun citra negara lewat film. Banyak masyarakat Indonesia, kata Deddy, yang bahkan terinspirasi membeli produk mewah karena melihatnya dalam film-film Hollywood.
Deddy juga menyinggung Iran, yang ia nilai hebat karena film-filmnya sarat nilai kemanusiaan, salah satunya lewat karya berjudul Children of Heaven.
Apresiasi Festival Film Islam 2025
Melihat peran besar film, Deddy mengapresiasi langkah Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dalam menyelenggarakan Arts Lumiere Indonesia Festival: Muslim World Movie Screening 2025 (ALIF). Festival ini menayangkan 45 film panjang dan pendek dari 16 negara anggota OKI.
“Saya mengapresiasi tindakan konkret dari Kemlu untuk melaksanakan ALIF ini. Semoga tidak berhenti cuma sekali, tapi terus dilaksanakan sehingga menciptakan perspektif positif di kemudian hari,” jelasnya.
Festival ini akan digelar pertama kalinya di Jakarta pada 19–21 September 2025, dengan lokasi pemutaran di Galeri Nasional, Universitas Negeri Jakarta, Gedung Kesenian Jakarta, dan XXI Djakarta Theater.
Sebanyak 45 film dari berbagai negara dengan berbagai genre seperti dokumenter, drama, drama sosial, dan fiksi. (*)
Pewarta | : Ferry Agusta Satrio |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |