https://jakarta.times.co.id/
Berita

ISNU Kupas Poros Jakarta–Beijing–New Delhi ala Gus Dur

Kamis, 15 Mei 2025 - 22:16
ISNU Kupas Poros Jakarta–Beijing–New Delhi ala Gus Dur Para pembicara di ISNU Forum on Investment, Trade and Global Affairs. (FOTO: Fahmi/TIMES Indonesia)

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) menggelar ISNU Forum on Investment, Trade and Global Affairs, sebuah diskusi strategis yang mengupas isu-isu global dari perspektif Indonesia dan Asia. 

Mengusung tema: “Revisiting Gus Dur’s Notion on the Jakarta–Beijing–New Delhi Axis from the Memory of His International Advisor”, forum ISNU ini digelar di gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Kamis, (15/5/2025).

Menghadirkan Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf, Chairman of Mitra Global dan Binwan Group, Sohail Sattar Quraeshi, forum ISNU ini membahas kembali warisan gagasan geopolitik Presiden ke-4 RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terkait poros kekuatan baru Asia berbasis kerja sama strategis antara Jakarta, Beijing, dan New Delhi.

Tidak hanya Sohail Sattar, forum ini mempertemukan para cendekiawan, pemikir kebijakan luar negeri hingga pelaku usaha lintas negara seperti mantan penasihat internasional Gus Dur antara lain Hery Haryanto Azumi, Ketua PP ISNU, DR Paulus Agung Wijayanto, Lucia Liaw (pengusaha). 

Ketum PBNU yang akrab disapa Gus Yahya menyambut baik kedatangan para investor luar negeri. Salah satunya Sohail Quraeshi yang selanjutnya akan menghadap ke Presiden Prabowo Subianto. 

“Kami sangat senang dengan kehadiran beliau. PBNU juga berharap ada kerjasama yang dapat membawa dampak baik bagi masyarakat dan negara,” ucap Gus Yahya.

Dalam kesempatan tersebut, Sohail Sattar Quraeshi, sebagai salah satu orang terdekat Gus Dur di bidang hubungan internasional, menyampaikan kesaksiannya yang mendalam terkait kepemimpinan Gus Dur. 

“Gus Dur bukan hanya pemimpin Indonesia, melainkan pemikir global yang melihat Asia sebagai sumber harapan baru bagi dunia. Ia percaya bahwa kekuatan sejati Asia terletak pada nilai-nilai moral, inklusivitas, dan kemampuan untuk membangun tatanan dunia yang manusiawi,” kata Sohail.

Ia juga menekankan bahwa poros Jakarta, Beijing dan New Delhi merupakan ajakan Gus Dur kepada para pemimpin Asia untuk keluar dari ketergantungan pada blok kekuatan tradisional dan membangun sinergi Asia berbasis kesetaraan dan nilai.

“Saya menyaksikan sendiri bagaimana Gus Dur membangun komunikasi lintas negara bukan dengan posisi inferior, tetapi sebagai mitra strategis yang membawa pesan keadaban,” tambahnya.

Sohail pun berharap, Indonesia dengan kekuatan populasinya yang sangat besar, bisa berbuat lebih banyak dalam percaturan ekonomi dunia.

"Karena populasi ini kekuatan besar, kenapa Indonesia tidak bisa berbuat lebih banyak, harusnya Indonesia bisa berbuat lebih banyak," imbuhnya. 

Sementara itu, meskipun berhalangan hadir secara langsung, Ketua Umum PP ISNU, Kamaruddin Amin menyampaikan pandangannya secara terpisah mengenai pentingnya forum ini sebagai ruang strategis cendekiawan Nahdlatul Ulama dalam menghidupkan kembali pemikiran geopolitik Gus Dur.

“Gus Dur mengajarkan kepada kita bahwa diplomasi bukan hanya soal kepentingan negara, tetapi juga tentang nilai, keberanian moral, dan visi kemanusiaan lintas peradaban. Ketika beliau menggagas poros Jakarta, Beijing dan New Delhi, beliau ingin agar Indonesia tidak hanya menjadi penonton dalam percaturan dunia, tetapi menjadi pemain utama dengan nilai-nilai luhur yang kita miliki,” ujar Prof. Kamaruddin.

Ia menambahkan bahwa ISNU akan terus menjadi pendorong utama diskursus strategis dan kebijakan luar negeri berbasis ilmu dan jati diri bangsa. “Forum ini adalah bentuk nyata kontribusi keilmuan ISNU dalam membangun Indonesia yang lebih kuat secara ekonomi, berdaulat dalam politik luar negeri, dan dihormati karena kontribusinya dalam menciptakan perdamaian global,” tegasnya.

Diplomasi Ekonomi dan Budaya Harus Jalan Bersama

 Ketua PP ISNU dan penggagas ISNU forum Hery Haryanto Azumi menegaskan pentingnya keterpaduan antara diplomasi ekonomi dan diplomasi budaya. Dalam pandangannya, Indonesia tidak cukup hanya hadir sebagai pasar global, tetapi harus tampil sebagai aktor peradaban.

“Gus Dur telah meletakkan fondasi cara berpikir strategis yang menjadikan nilai dan identitas sebagai modal diplomasi. Kita harus melanjutkannya dengan membangun narasi, platform, dan kebijakan yang memosisikan Indonesia sebagai mitra utama di Asia dan dunia,” ujar Hery Azumi.

Ia juga berharap agar forum ini bisa menjadi titik tolak untuk membangun kerja sama konkret di bidang investasi, perdagangan, dan pertukaran budaya antara Indonesia, Tiongkok, India, dan negara-negara Asia lainnya.

Dalam diskusi yang dijalankan secara hybrid, hadir juga perwakilan dari PW ISNU Lampung, Wakil ketua PW ISNU Jabar, PW ISNU DKI, dan PW lainnya. Tampak hadir juga perwakilan dari Banom NU seperti IPNU, PMII, IPPNU, dan lainnya. (*) 

Pewarta : Ahmad Nuril Fahmi
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.