TIMES JAKARTA, JAKARTA – Hizbullah telah memulihkan semua struktur kepemimpinan dan struktur lapangannya menyusul pembunuhan Israel terhadap pemimpinnya, Hassan Nasrallah.

Perwakilan Hizbullah Lebanon, Ali Fayyad, mengatakan Senin (21/10/2024) kemarin, bahwa periode mendatang kinerja perlawanan Hizbullah akan semakin lebih kualitatif.

Ia menekankan bahwa partai tersebut telah mampu memulihkan semua struktur kepemimpinan dan struktur lapangannya meski di tengah perang melawan tentara pendudukan Israel.

Dilansir Al Jazeera. Fayyad juga menambahkan Israel telah kehabisan sasarannya, dan tidak ada lagi yang bisa dilakukan.

Saat ini, lanjut Fayyad, Israel berada dalam dilema dan belum mencapai prestasi apa pun di lapangan selama 15 hari terakhir. Ia menunjukkan juga bahwa strategi perlawanan Hizbullah adalah untuk melelahkan tentara pendudukan dan tidak membiarkannya menjadi stabil.

Perwakilan Hizbullah itu juga menekankan, bahwa setiap keputusan pendudukan untuk menyerbu wilayah tersebut , maka akan menempatkan wilayah tersebut dibawah serangan perlawanan, yang akan menimbulkan kerugian besar.

Karena itu Fayyad menyerukan kepada semua orang untuk tidak terburu-buru membaca situasi di lapangan.

Mengenai upaya gencatan senjata, Fayyad mengatakan, bahwa mereka memisahkan tahapan konfrontasi lapangan dengan tindakan diplomatik. Namun ia menjelaskan, bahwa prioritasnya adalah mengakhiri agresi dan mencapai gencatan senjata.

Fayyad juga menambahkan, bahwa kekuatan perlawanan dalam menghadapi agresi merupakan pilar fundamental dari posisi politik pemerintah, dan apa yang dilakukan Israel di lapangan "tidak memiliki dampak taktis".

Hal ini terjadi karena adanya jaminan dari para pemimpin Hizbullah mengenai transisi dari front dukungan ke perang, terutama sejak tanggal 17 September lalu, setelah pemboman 'pager'/

Juga pembunuhan berikutnya terhadap Sekretaris Jenderal partai tersebut, Hassan Nasrallah di bulan yang sama, dan serangan serta pemboman terus menerus oleh Israel di kota-kota Lebanon, dan Hizbullah membalasnya dengan membom permukiman dan situs militer. (*)