TIMES JAKARTA, JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menegaskan pentingnya penguatan peran pesantren dalam membangun umat dan bangsa. Menurutnya, pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga memiliki tanggung jawab besar dalam bidang dakwah dan pemberdayaan masyarakat.
Hal itu disampaikan HNW dalam Forum Diskusi Aktual Berbangsa dan Bernegara bertema “Mengokohkan Peran Dakwah Pesantren melalui Penguatan Organisasi dan Program, Menjemput Indonesia Emas 2045”, yang digelar Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI bersama Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) An-Nuaimy di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (12/11/2025).
Menurut HNW, penguatan fungsi pesantren harus diikuti dengan peningkatan status kelembagaan di Kementerian Agama. “Kalau hanya mengurusi pendidikan, cukup di bawah Direktorat Pendidikan Islam. Tapi karena pesantren juga punya fungsi dakwah dan pemberdayaan masyarakat, maka sudah seharusnya ada Direktorat Jenderal Pesantren,” ujarnya.
Ia menyambut baik keputusan Presiden yang telah menyetujui pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren menjelang peringatan Hari Santri Nasional 2025. Namun, HNW mengingatkan agar lembaga baru itu tidak tumpang tindih dengan Direktorat Pendidikan Islam dan benar-benar menjadi penguat, bukan pengendali yang justru menyulitkan dunia pesantren.
“Dirjen Pesantren harus memperjuangkan hak-hak pesantren sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Pesantren, termasuk pengelolaan dana abadi dan perlakuan setara terhadap semua jenis pesantren — baik salafiyah, mu‘adalah, maupun terpadu,” tegasnya.
HNW juga menyinggung rencana revisi UU Pesantren yang sempat hanya mengakui satu jenis pesantren. “Kita menolak karena realitasnya pesantren di Indonesia sangat beragam, dan semuanya berperan besar bagi bangsa,” tambahnya.
Lebih lanjut, HNW menilai fungsi dakwah dan pembinaan karakter di pesantren menjadi kunci penting dalam menjaga moralitas generasi muda. Ia menyoroti kebijakan Kurikulum Pesantren Ramah Anak dari Kementerian Agama yang bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan bebas kekerasan, sembari mengingatkan bahwa “ramah” bukan berarti tanpa disiplin.
“Pesantren justru unggul karena keteladanan dan kedisiplinan para kiai dan ustaz. Pembinaan akhlak di pesantren adalah nilai yang harus terus dijaga,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, HNW juga mengingatkan kembali kontribusi besar pesantren dalam sejarah perjuangan bangsa. Mulai dari Resolusi Jihad 1945, Amanat Jihad 1946, hingga kiprah tokoh-tokoh Islam seperti Sjafruddin Prawiranegara dan Mohammad Natsir dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
“Sejarah mencatat, para kiai dan santri memiliki andil besar dalam melahirkan dan menjaga Indonesia. Maka, generasi santri hari ini harus meneruskan perjuangan itu dengan menyiapkan diri menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Ia menutup dengan pesan reflektif, “Kalau kita ingin tahu seperti apa wajah bangsa ini di tahun 2045, lihatlah apa yang kita kerjakan hari ini. Memperkuat pesantren berarti mempersiapkan masa depan Indonesia yang beriman, berilmu, dan berdaya.” (*)
| Pewarta | : Rochmat Shobirin |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |