TIMES JAKARTA, JAKARTA – Pada Kamis, 27 Februari 2020, seniman Nyoman Nuarta mendapatkan undangan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI (Kementerian PUPR RI) untuk menghadiri Rapat Koordinasi Sayembara Istana Negara di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Ibu Kota Baru RI. Undangan ditandatangani Direktur Bina Penataan Bangunan, Ir Diana Kusumastuti, MT.
Dalam lampiran surat tertanggal 25 Februari 2020 itu, disebutkan nama-nama pejabat dan ahli yang diundang di antaranya Ketua Satgas Perencanaan Pembangunan Infrastruktur IKN, Ketua Bidang Penataan Kawasan, Gregorius Antar Awal (IAI), Gregorius Supie Yolodi (IAI), Isandra Matin Ahmad (IAI), Sibarani Sofian (MUDO), Nyoman Nuarta, Pierre Natigor Pohan, Grace Christiani, Dian Ratih N Yunianti, M Iqbal Tawakal dan Achmad Reinaldi Nugroho.
Nyoman Nuarta langsung hadir di Ruang Rapat Satgas PPI-IKN Gedung Utama Kementerian PUPR Lantai 1, Jalan Patimura No 20 Kebayoran Baru, Jakarta Pusat.
Pada saat itu dipresentasikan tentang rencana sayembara terbatas dengan mengundang arsitek/ahli untuk membahas konsep gagasan desain bangunan gedung khusus di Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Gedung-gedung itu di antaranya berupa: Istana Presiden, Istana Wakil Presiden, komplek DPR/MPR/DPD, Mahkamah Agung, Kementerian/Lembaga, masjid, gereja Katolik dan Protestan, pura, wihara, dan kelenteng. Seluruhnya terdapat 12 konsep gedung yang disayembarakan.
Para ahli yang diundang dan hadir adalah: Andra Matin, Supie Yolodi, Yori Antar, Nyoman Nuarta, dan Sibarani Sofian. Kelima arsitek dan ahli diminta secara khusus untuk menyampaikan visualisasi konsep gagasan desain bangunan berupa sketsa desain, yang mampu menggambarkan visi dan kriteria bangunan gedung khusus di IKN.
"Kami hanya diberi waktu 12 hari untuk mewujudkan konsep gagasan desain dalam bentuk visual, dan harus membuat sekaligus 12 konsep desain," kata Nyoman Nuarta, Rabu (31/3/2021) di Bandung. Setelah menemukan ide dari konsep desain, Nyoman Nuarta bersama tim, memvisualisasikan 12 konsep gagasan gedung-gedung yang disayembarakan. Secara tepat waktu, pada tanggal 5 Maret 2020, Nyoman Nuarta telah mengirimkan desain-desain gedung khusus IKN ke Kementerian PUPR di Jakarta.
Kementerian PUPR kemudian meminta kelima arsitek dan ahli untuk mempresentasikan konsep desain gedung-gedung khusus IKN pada 10 Maret 2020.Waktu itu, kata Nuarta, tidak semua arsitek dan ahli yang diundang hadir. "Ada yang diwakilkan oleh tim mereka. Kami presentasi di depan Menteri PUPR Pak Basuki Hadimuljono secara bergantian," kata Nyoman Nuarta.
Menurut prosedur yang diterima Nyoman Nuarta, seluruh hasil dari visualisasi konsep gagasan desain gedung-gedung khusus IKN, akan dilaporkan oleh Menteri PUPR kepada Presiden Joko Widodo pada 13 Maret 2020. "Semua memang kemudian menjadi keputusan Presiden untuk memilih mana konsep desain yang dianggap memenuhi syarat," ujar Nuarta.
"Mungkin kemudian kebetulan konsep saya yang dinyatakan sebagai pemenangnya dan kemudian diumumkan pada 29 Maret 2021 lalu kepada publik melalui media," kata Nyoman Nuarta.
Mengapa Garuda?
Sejak diperkenalkan dan diresmikan dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Presiden Soekarno, 11 Februari 1950, Garuda Pancasila resmi menjadi lambang negara Indonesia.Sejak itu pula burung Garuda tidak hanya dikenal sebagai burung mitologis, sebagaimana telah ditemukan dalam berbagai peninggalan arkeologis dan kitab-kitab klasik, tetapi telah menjelma menjadi pemersatu bangsa.
Sosok Garuda yang kuat, tak kenal menyerah, disiplin, penuh dedikasi, satya wacana, serta pemelihara keseimbangan dunia, benar-benar telah menjadi inspirasi seluruh bangsa. Kini ketika kita menyebut kata "garuda", maka akan selalu identik dengan negara besar yang memiliki luas daratan mencapai 1.919.440 kilometer persegi serta lebih dari 17.508 pulau dengan sekitar 714 suku bangsa, yang memiliki 1.100 bahasa.
Dan negara besar bernama Indonesia itu, sesungguhnya sudah dikenal sejak tahun 1850 ketika James Richardson Logan menulis dalam sebuah jurnal yang terbit di Singapura. Nama Indonesia ber-evolusi dari kata "Indunesia", yang secara perlahan berubah menjadi "Indonesia", sebagaimana yang kita kenal kini.
"Sekarang,kalau menyebut nama burung Garuda, maka itulah Indonesia, negeri dengan sejarah panjang, yang dikarunia keragaman etnis dan bahasa, serta hutan tropis dengan kekayaan vegetasi yang tak ternilai harganya. Itu artinya, ketika kita menyebutkan nama "Garuda", maka itulah sebuah rumah besar (istana) bagi persaudaraan, persatuan, dan kerukunan hidup bersama. Apalagi kalau kita ingat semboyan yang tertulis dalam pita yang dicengkeram hari- jari kaki Garuda,"Bineka Tunggal Ika", kita berbeda tetapi tetap menjadi satu jua," tutur Nyoman Nuarta.
Jadi pada posisi itu 'Istana Negara', tambah Nyoman Nuarta, akan menjadi simbol pemersatu bangsa. Ia mengatasi segala perbedaan, segala silang pandang, segala keragaman adat istiadat dan prilaku, dan bahkan perbedaan kepercayaan dan agama. Simbol persatuan yang dilekatkan pada Garuda, dalam 'Istana Negara' akan benar-benar ditransformasikan dan diwujudkan dalam sebentuk pola arsitektur dengan mempertimbangkan aspek- aspek estetik, nilai guna, serta manfaat bagi kemajuan dunia pariwisata Tanah Air. (*)
Pewarta | : Mohammad Naufal Ardiansyah |
Editor | : Ronny Wicaksono |