TIMES JAKARTA, JAKARTA – Menjelang perayaan Idulfitri, masyarakat kerap dihadapkan pada berbagai promo dan diskon besar-besaran yang dapat memicu belanja impulsif. Melansir Antaranews.com, Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Akhmad Akbar Susamto, mengingatkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan agar tidak mengalami pemborosan.
"Jangan belanja ketika kita sedang lapar, baik lapar fisik maupun lapar pikiran. Mencari promo itu tidak apa-apa, tetapi jika tidak butuh, mengapa harus membeli?" ujar Akbar dalam keterangannya di Yogyakarta, Sabtu (22/3/2025), mengutip Antaranews.com.
Menurut Akbar, kemudahan transaksi digital dan layanan paylater semakin mendorong kebiasaan konsumtif. Banyak orang tergiur promo tanpa mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya, yang berujung pada pengeluaran berlebihan.
Susun Daftar Belanja dan Prioritaskan Kebutuhan
Untuk menghindari belanja impulsif, Akbar menyarankan masyarakat untuk menyusun daftar kebutuhan sebelum berbelanja. Ia menekankan pentingnya membedakan antara kebutuhan mendesak dan yang masih bisa ditunda.
"Sebelum merancang pengeluaran, diperlukan penentuan kebutuhan mana yang mendesak dan yang tidak mendesak. Kemudian, beberapa kebutuhan ini diurutkan mulai dari yang paling wajib dibeli hingga yang bisa ditunda," jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa perayaan lebaran tidak boleh menjadi alasan untuk menguras tabungan demi memenuhi keinginan konsumtif.
Kelola THR dengan Bijak, Jangan Sampai Boros
Selain mengatur pengeluaran, Akbar menyoroti pentingnya pengelolaan tunjangan hari raya (THR) secara bijak agar keuangan tetap stabil setelah lebaran.
"Jangan sampai kita menggunakan tabungan untuk membeli hal-hal yang tidak mendesak karena sifat THR itu sebagai tunjangan untuk merayakan hari raya. Jadi, perlu berhati-hati untuk menghitung perencanaan keuangan," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyarankan masyarakat untuk mengalokasikan dana dengan baik, termasuk untuk keperluan sosial seperti sedekah.
"Jangan sampai kemudian kita melakukan hal-hal yang less urgent dengan tabungan yang sebenarnya sudah kita simpan jauh-jauh hari untuk hal-hal yang lebih penting, mendesak, dan darurat," ujarnya. (*)
Pewarta | : Ferry Agusta Satrio |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |