https://jakarta.times.co.id/
Forum Mahasiswa

Memperkuat Kontribusi Perempuan Indonesia di Bidang STEM

Sabtu, 26 Juli 2025 - 18:48
Memperkuat Kontribusi Perempuan Indonesia di Bidang STEM Putu Ayu Suniadewi, Mahasiswa Teknologi Informasi di INTI University Malaysia.

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Viralnya penunjukan prof. Stella Christi menjadi wamen riset dan teknologi yang juga tokoh intelektual dibidang neuroscience seharusnya kembali menginspirasi kita akan kontribusi perempuan dalam ranah STEM, akronim yang merujuk pada bidang studi yang sifatnya inter-disipliner antara sains, teknologi, mesin, dan matematika  yang berfokus pada pendorongan inkuiri ilmiah, kemajuan teknologi, desain teknik, dan nalar matematika. 

Menurut kajian dari Zolmann (2012) masing-masing elemen dalam STEM memiliki peran yang unik dimana sains memberi dasar pemahaman fenomena alam, teknologi mengaplikasikan ilmu secara praktis, teknik memungkinkan perancangan dan pembuatan sistem, sedangkan matematika menjadi bahasa untuk mengukur dan memodelkan hubungan serta fenomena. 

Seiring pesatnya kemajuan iptek dan tingginya tuntutan modernisasi, bidang STEM (sains, teknologi, teknik, matematika) kini semakin mendapat prioritas baik dalam pendidikan maupun profesi sebagaimana temuan dari banyak peneliti di Bidang pendidikan dan ekonomi (Vaziri et al 2019). 

Meskipun STEM dianggap sebagai semangat zaman (zeigest), persepsi kita terhadap STEM seringkali terjebak pada dua kesalahan yang pertama menegasi atau mendiskriminasi peran ilmu sosial yang sebenarnya tetap dibutuhkan.

Dalam modernisasi karena kemajuan peradaban sendiri merupakan proses transformasi masyarakat yang senantiasa melibatkan bidang-bidang dalam ilmu sosial agar STEM dapat digunakan dengan bijak, sehingga menciptakan peradaban yang bermakna bagi manusia sebagaimana yang ditegaskan oleh Carla Adams dalam Why Social Sciences Matter in a STEM-Dominated World (2024).  

Dan kesalahan yang kedua, masih adanya anggapan jika STEM merupakan bidangnya para pria bukan perempuan, anggapan terlihat dari masih dominannya pria di bidang stem ketimbang perempuan.  

Padahal, anggapan ini bersumber dari kontruksi sosial yang salah yang diakibat adanya strereotif gender akibat faktor historis dan sistemik yang melanggamkan anggapan bahwa bidang tertentu lebih cocok untuk pria daripada perempuan. 

Apalagi sejak usia dini, anak-anak dibentuk oleh peran gender yang memengaruhi minat dan aspirasi karier mereka; dalam konteks STEM, bidang ini sering digambarkan sebagai dunia maskulin, sehingga lebih sedikit wanita yang berminat berkarir di bidang tersebut. 

Disatu sisi, ada anggapan pula jika perempuan yang berkarir di bidang STEM yang kemudian menikah akan mengakibatkan mereka tidak bisa menyeimbangkan antara karir dan urusan rumah tangga. 

Tapi terlepas dari adanya stigma saat bidang STEM menjadi bidang yang paling banyak diminati dan menguntungkan, bias gender pun sedikit-demi sedikit tidak relevan. 

Di Indonesia, bidang-bidang yang berkaitan dengan STEM perlahan tapi pasti semakin menarik minat kaum perempuan. Kalau sudah seperti ini, tentunya diperlukan kontribusi yang kuat dalam bidang STEM untuk membantu kaum perempuan. 

Menilai dan Mendorongi Peran Perempuan dalam STEM

Perlunya Alasan, perlakuan dan penilaian yang tepat memang harus diutamakan ketika membincang penguatan peran perempuan dalam bidang STEM. Apalagi ketika menelaah kondisi terkini keterwakilan perempuan dalam STEM. 

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), perempuan yang terlibat dalam sektor teknologi dan sains masih jauh lebih sedikit dibandingkan laki-laki, dengan hanya sekitar 30% dari total tenaga kerja di bidang ini. 

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pendidikan STEM bagi perempuan mulai meningkat, mereka sering kali terhambat untuk masuk atau bertahan dalam dunia kerja di bidang STEM. 

Oleh karena itu, Stereotip gender dan diskriminasi di tempat kerja yang menjadi faktor penghambat yang signifikan, di mana banyak perempuan menghadapi kesulitan dalam mendapatkan kesempatan yang sama untuk promosi dan pengembangan karir perlu diatasi.

Untuk mendorong kembali peran perempuan dalam STEM, beberapa langkah perlu diambil. Pertama, pendidikan yang inklusif harus diperkuat. Program beasiswa dan pelatihan khusus untuk perempuan di Bidang STEM dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan yang diperlukan di bidang STEM.

Selain itu, dukungan dari organisasi dan komunitas yang fokus pada pemberdayaan perempuan juga perlu menempatkan bidang STEM sebagai keutamaan untuk memberdayakan perempuan. 

Misalnya, dengan membuka peluang adanya program mentorship yang selain dapat membantu perempuan muda menemukan jalur karir yang sesuai dengannya, juga dapat memperkuat dukungan dari para profesional di bidangnya.

Lebih jauh lagi, pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk menciptakan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender di tempat kerja. Kebijakan ini termasuk memastikan bahwa upah yang diterima perempuan setara dengan laki-laki dan memberikan akses yang sama terhadap peluang promosi.

Baik pemerintah maupun swasta sudah semestinya harus berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang inklusif di mana perempuan merasa dihargai dan didorong untuk berkontribusi termasuk juga pada faktor keselamatan kerja, dimana perempuan sering mengalami resiko kekerasan seksual lebih besar daripada perempuan yang mengharuskan adanya lingkungan yang aktif mencegah dan responsif menindak setiap bentuk kekerasan seksual. 

Dengan langkah-langkah yang tepat tadi, setidaknya  kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik, di mana perempuan memiliki peran yang setara dan aktif dalam STEM, yang kemudian memberikan dampak positif bagi masyarakat dan ekonomi. 

Mari kita bersama-sama mendorong kembali peran perempuan dalam STEM, karena perempuan juga memiliki potensi yang sama dengan pria dalam bidang STEM kalau sudah memiliki pemahaman seperti itu. 

Maka kita akan mendorong potensi mereka dapat lebih berkembang dan berkontribusi secara maksimal di bidang STEM untuk kemajuan bangsa dan negara. 

***

*) Oleh : Putu Ayu Suniadewi, Mahasiswa Teknologi Informasi di INTI University Malaysia.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.