TIMES JAKARTA, JAKARTA – Transformasi pendidikan tinggi di Indonesia memasuki babak baru dengan peralihan dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) ke Kampus Berdampak. Langkah ini mencerminkan upaya pemerintah untuk menjadikan perguruan tinggi sebagai agen perubahan sosial yang nyata.
Program MBKM awalnya dirancang untuk memberikan fleksibilitas bagi mahasiswa dalam memilih jalur pembelajaran, seperti magang, pertukaran pelajar, dan studi independen. Namun, evaluasi dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menunjukkan bahwa meskipun program ini memberikan eksposur ke dunia industri, banyak kegiatan yang kurang relevan dengan kebutuhan nasional dan menelan biaya tinggi tanpa hasil yang proporsional.
Sebagai contoh, program magang internasional yang menelan anggaran besar tidak secara signifikan meningkatkan kompetensi mahasiswa atau keterkaitannya dengan kebutuhan nasional.
Selain itu, pendekatan MBKM yang menekankan kebebasan dalam proses pembelajaran sering kali tidak menghasilkan dampak nyata bagi masyarakat.
Kampus Berdampak hadir dengan tujuan menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat solusi untuk masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan. Konsep ini menekankan kontribusi langsung perguruan tinggi pada pemecahan masalah di masyarakat dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Perbedaan mendasar antara Kampus Merdeka dan Kampus Berdampak terletak pada orientasi dan pendekatan pembelajaran. Jika Kampus Merdeka fokus pada kebebasan mahasiswa dalam memilih jalur pembelajaran, Kampus Berdampak menekankan pada pemberdayaan masyarakat dan kontribusi nyata terhadap masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Implementasi Kampus Berdampak tentu tidak lepas dari tantangan. Resistensi terhadap perubahan masih terjadi, baik di kalangan dosen maupun manajemen kampus. Keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia juga menjadi kendala, terutama ketika kesenjangan kapasitas antara perguruan tinggi besar dan kecil masih cukup lebar.
Namun, tantangan ini harus menjadi pemantik perubahan. Perguruan tinggi perlu bertransformasi dari sistem birokratis menuju tata kelola yang gesit, transparan, dan berorientasi pada dampak nyata. Kolaborasi aktif antara kampus, industri, dan masyarakat harus diperkuat untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan.
Peralihan dari Kampus Merdeka ke Kampus Berdampak mencerminkan upaya pemerintah untuk menjadikan pendidikan tinggi lebih relevan dan berdampak bagi masyarakat. Dengan komitmen semua pihak, diharapkan perguruan tinggi di Indonesia dapat berperan aktif dalam membangun peradaban yang lebih baik dan berkelanjutan.
***
*) Oleh : Abdullah Fakih Hilmi AH, S.AP., Akademisi dan Wirausahawan.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
___________
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |