https://jakarta.times.co.id/
Kopi TIMES

Yuk Berkaca pada Pandemi 1918, Flu Spanyol

Jumat, 16 Juli 2021 - 01:21
Yuk Berkaca pada Pandemi 1918, Flu Spanyol H. M. Ali Shodiqin, ST, M. MT; Ketua Yayasan Pendidikan Islam Hasyim Asy’ari, Ngreco Kandat Kediri.

TIMES JAKARTA, KEDIRI – Covid 19 sejak masuk ke Indonesia pada Maret 2020 tidak dapat di pungkiri telah mengganggu sendi-sendi kehidupan baik secara  sosial maupun ekonomi, sempat agak melandai kurvanya pada bulan februari – maret 2021, tapi kembali naik kembali pada bulan Juni sehingga Pemerintah mulai memainkan kembali pedal gas dan rem nya  dengan menerapkan PPKM Darurat 3 Juli hingga 20 Juli 2021.

Sebegitu urgent nya sehingga PPKM darurat diberlakukan untuk seluruh Jawa dan Bali dibawah kendali Luhut Binsar Panjaitan  dan ini baru pertama kalinya diterapkan sepanjang pandemi covid 19.

103 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 1918, Dunia pernah di guncang dengan pandemi yang dikenal dengan flu Spanyol, flu spanyol menginfeksi 500 juta penduduk dunia dan mematikan 50 juta – 100 juta orang  selama 1918 -1920,  Penyebaran yang begitu cepat karena pada saat itu sedang gencar nya perang dunia I, salah satu perang yang paling destruktif dalam sejarah modern.

Perang yang dipicu terbunuh nya pewaris mahkota Austro-Hungaria, Franz Ferdinand dan istrinya di Sarajevo pada 28 Juni 1914, akhirnya mengakibatkan terjadinya dua blok yang berperang, Blok Sekutu melawan Blok Sentral, Blok Sekutu terdiri Inggris, Prancis, Serbia, Rusia, Italia Yunani, portugal, Rumania dan Amerika Serikat, sedang blok sentral terdiri atas Jerman, Austro Hungaria dan Turki, begitu powerfull nya perang ini hingga melibatkan 70 juta tentara militer dan mengakibatkan tewasnya 10 juta manusia. 

Kembali pada pandemi flu spanyol, kasus nya mulai ditemukan pertama pada  4 Maret 1918, melalui seorang juru masak tentara bernama Albert Gitchel  di Camp Funston, Kansas, Amerika Serikat, sebuah tempat pelatihan tentara Amerika Serikat.  

Karena Amerika adalah salah satu dari Blok  sekutu maka penyebaran virus ini berjalan begitu cepat di Amerika sampai ke Eropa, banyak media bungkam terhadap penyebaran virus ini karena mereka tidak mau konsentrasi perang negara-negara mereka terganggu.

Namun media spanyol sebagai negara netral yang tidak terlibat dalam perang  gencar memeberitakan dasyatnya virus tersebut, karena itu mengapa virus itu di namakan flu Spanyol. 

Bisa kita bayangkan tanpa ada lockdown, tanpa prokes karena banyak negara adikuasa dunia sibuk dengan perang dunia I, menurut mereka mungkin pandemi bukan menjadi isu utama, tapi peranglah isu yang paling strategis,  maka penyebaran flu spanyol begitu masif nya, hingga dalam kurun waktu satu bulan virus telah menjamah ke Asia tenggara termasuk Indonesia, berikutnya ke Tiongkok pada bulan Juni, dan Australia pada bulan berikutnya.

Setelah itu kurvanya mulai melandai. Pada gelombang pertama gejala yang di timbulkan tergolong ringan dan tingkat kematian tidak terlalu banyak , namun cukup menggoyahkan kekuatan perang mereka, karena 75 persen tentara Prancis, 50 persen Pasukan Inggris dan lebih dari 900.000 tentara Jerman terinfeksi flu Spanyol.

Nafas lega terasa barangkali ketika kurva flu Spanyol mulai melandai, sama seperti yang kita rasakan beberapa waktu lalu, namun seolah bagai petir menyambar, gelombang kedua alias second wave flu Spanyol kembali mengguncang dunia dengan tingkat penularan dan kematian yang jauh lebih tinggi, sebagai gambaran ada kegiatan Parade “Philadhelpia Liberty Loan” yang mempromosikan obligasi pemerintah Amerika untuk perang dunia I.

Setelah itu ada kematian 12.000 orang tidak lama setelah adanya parade, karena ternyata ada banyak peserta parade yang terinfeksi varian baru dari mutasi flu Spanyol, sehingga pada akhirnya tercatat sekitar 50 juta- 100 Juta total kematian di duia akibat flu Spanyol, dan jumlah ini melebihi korban jiwa akibat perang dunia I. 

Second wave covid 19 yang terjadi saat ini ada kemiripan dengan gelombang kedua flu Spanyol, yakni lebih cepat penularan dan lebih tinggi tingkat kematian nya namun masih ada waktu bagi kita untuk menyelamatkan dunia ini, khusus nya bangsa kita tercinta, Indonesia.

Kita bisa berkaca jika pandemi covid 19 tanpa ada PPKM atau lockdown, tanpa prokes maka penyebaran covid 19 barangkali jauh lebih cepat dari yang terjadi sekarang ini, dan korban jiwa pastinya juga jauh lebih banyak. 

Pandemi flu Spanyol berakhir pada tahun 1920, 2 tahun lebih menggoncang dunia, tapi bagaimana bisa berakhir?  padahal saat itu tidak ada vaksin, dunia medis juga tidak secanggih sekarang,  kuncinya adalah herd immunity, karena hampir 1/3 populasi dunia sudah terinfeksi flu spanyol, dengan herd immunity itulah akhirnya virus tidak ada tempat untuk terjadinya penularan. 

Lalu apakah kita harus menunggu 1/3 populasi dunia terkena covid semua supaya terjadi herd immunity? Jawaban nya tentu tidak !!. Langkah yang di ambil oleh pemerintah Indonesia sudah tepat dan harus kita dukung, Vaksinasi massal merupakan herd immunity buatan supaya kita semua punya kekebalan terhadap serangan virus, mekipun Pemerintah harus tetap melakukan Riset & Development terhadap efektifitas vaksin terhadap varian baru yang terus bermutasi.

Kalau flu Spanyol berlangsung 2 tahun, semoga saja dengan gencar nya vaksin dilakukan saat ini akan memperpendek usia covid 19 tidak sampai 2 tahun. Percayalah malam  akan berganti menjadi siang, Gelap pasti akan ada terang nya, tetep optimis dan semangat dalam menghadapi Covid 19, Badai pasti berlalu…

***

*) Oleh: H. M. Ali Shodiqin, ST, M. MT; Ketua Yayasan Pendidikan Islam Hasyim Asy’ari, Ngreco Kandat Kediri.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.