https://jakarta.times.co.id/
Kopi TIMES

Menelusuri Jejak Imaji Melawan Feodalisme

Jumat, 26 Juli 2024 - 17:08
Menelusuri Jejak Imaji Melawan Feodalisme Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si., Direktur Clinic for Community Empowerment Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Jejak Imaji sebagai komunitas kebudayaan, mempertahankan eksistensi selama sepuluh tahun, bukan perkara gampang. Apalagi Jejak Imaji tidak bergerak mengurusi bisnis. Kegiatannya tak mencari keuntungan. Dalam menjalankan lembaga, tergantung kemampuan menggali dana secara pribadi. Hasrat ini menjadikan kesadaran memerlukan idealisme membara, agar keberlangsungan Jejak Imaji terjaga.

Idealisme tinggi, setidaknya ditunjukkan oleh orasi kebudayaan dari salah satu tokoh yang membidani lahirnya Jejak Imaji. Dirinya mengungkap kembali memori proses mengawali berdirinya Jejak Imaji, yaitu berangkat dari kegelisahan tidak ditemukkannya kepuasan batin, saat menempuh pendidikan formal. 

Baginya pengalaman memperlihatkan belajar di jenjang pendidikan formal, tidak sepenuhnya memberi ruang lebih luas untuk menghasilkan karya kreatif. Bertujuan mewadahi kegelisahan tersebut, Jejak Imaji dibangun untuk menyalurkan kreativitas yang belum sempat ditumbuhkan pada atmosfer akademik di perguruan tinggi. 

Berpondasi kemampuan memelihara debar idealisme, Jejak Imaji terus melahirkan karya. Tentu butuh perjuangan keras untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Seperti saat melengkapi alat musik, penggiat Jejak Imaji mengikuti lomba. Hadiah berupa uang digunakan untuk membeli alat music, agar performance musikalisasi puisi maksimal.

Proses panjang telah telah dijalani oleh Jejak Imaji. Sampai tahapan ini, Jejak Imaji dapat disebut sebagai komunitas kebudayaan yang memiliki eksistensi dan prestasi. Terbukti individu-individu yang berproses di Jejak Imaji berperan menyuburkan ladang kesenian, sastra dan ilmu pengetahuan. 

Ambil contoh Iqbal H Saputra menjadi ketua Dewan Kesenian Belitung, Sule Subaweh menulis cerita pendek dan puisi yang karyanya bertebaran di berbagai media cetak maupun online nasional. Sule juga memiliki karya antologi cerita pendek. Tak ketinggalan Kurniaji Satoto memimpin penerbitan buku yang bernama Jejak Pustaka. Begitu pula secara kelompok, Jejak Imaji telah menghasilkan beberapa album musikalisasi puisi. 

Jejak Imaji terus memelihara debar, sebagai energi meniti jalan di kawasan kebudayaan. Setelah penggiat mempunyai kiprah lebih luas dalam pergerakan kebudayaan,  berupaya menumbuhkan generasi penerus  yang berada pada satu visi sama, yaitu mengasah kreativitas demi memajukan kebudayaan di Indonesia melalui karya sastra, pementasan musikalisasi puisi, pagelaran teater dan bergerak dalam dunia penerbitan. 

Cara Jejak Imaji membimbing generasi penerus adalah penggiat mengupayakan dengan ikhlas berbagi ilmu. Bertempat di sanggar, Jejak Imaji menyelenggarakan secara rutin pembelajaran menulis puisi, cerpen maupun novel. Mereka juga secara intens berada di studio membikin musikalisasi puisi merupakan kolaborasi antar penggiat yang telah mempunyai jam terbang dengan mereka yang belum lama bergabung di Jejak Imaji. Mereka juga berlatih bersama antara yang sudah punya pengalaman dengan baru saja mencicipi  pementasan teater. 

Kiprah yang dilakoni oleh Jejak Imaji perlu diapresiasi dengan positif. Keseriusannya menemani gen Z belajar sastra, menjadi keunggulan tersendiri. Di tengah situasi menyoroti gen Z sebagai generasi strawberry, yaitu suatu generasi di permukaan tampak menarik dan berprestasi, namun sejatinya merupakan generasi rapuh. Mereka seperti buah strawberry yang segar, tetapi mudah rusak. 

Karakteristik yang memperlihatkan gen Z disebut generasi strawberry adalah rentan pada gangguan kesehatan mental seperti mudah cemas dan mengalami depresi tingkat tinggi. Mereka juga lemah menghadapi masalah tanpa bantuan teknologi, berada pada situasi perubahan sosial tak menentu dan mengikuti dinamika perkembangan ekonomi begitu cepat. Era disrupsi ini ternyata  menjadi tekanan mental tersendiri bagi gen Z.

Jejak Imaji menemukan jalan keluar mengatasi problem  gen Z sebagai generasi strawberry. Upaya yang dilakukan adalah  mendidik mereka melalui proses yang benar melalui karya sastra. Proses tersebut  bermanfaat bagi gen Z untuk membentuk kepribadian hardiness merupakan konsep psikologis yang menunjuk pada kemampuan individu memiliki ketangguhan dan kekuatan menghadapi masalah melalui cara  yang positif. 

Kepribadian hardiness dapat tertanam dengan baik, karena Jejak Imaji mengajari gen Z dengan komitmen. Implementasinya adalah gen Z memerlukan keterlibatan mendalam dengan Jejak Imaji. Keterlibatan mendalam ini penting untuk menghasilkan karya besar, tak bisa instan,  dan membutuh proses yang panjang. Individu tak kuat berproses bisa patah. Dampaknya tak melanjutkan berproses di Jejak Imaji. 

Komitmen tersebut bisa diamati, saat gen Z sedang belajar menulis cerita pendek, puisi atau novel. Mereka diminta menyelami kehidupan dan membaca referensi dengan memadai, sebagai bagian mendasar untuk menemukan gagasan cemerlang dalam penulisan karya sastra. Setelah menemukan ide belum selesai, mereka memerlukan motivasi kuat dan tekun berlatih, agar terampil  menulis karya sastra. 

Mentalitas gigih berlatih ditanamkan pada gen Z berdasarkan pertimbangan terampil menulis karya sastra, tidak bisa mendadak. Perlu secara konsisten berlatih, berlatih dan terus berlatih. Proses ini dapat mengantarkan penulis menemukan formula keterampilan menulis secara personal. 
Keberhasilan menulis karya sastra juga dibutuhkan kemampuan menerima kritik. 

Keterbukaan terhadap kritik ini penting, karena karya sastra membutuhkan   revisi  dari pihak lain yang sudah memiliki pengalaman menulis karya sastra.
Berdasarkan pemahaman ini, penggiat Jejak Imaji yang berpengalaman menulis karya sastra memberikan revisi berkali-kali, tak terhitung, sampai memenuhi kriteria sebagai karya fiksi yang baik. 

Pengalaman selalu setia pada proses menjadikan gen Z yang bergabung dengan Jejak Imaji dapat  mengasah soft skills, berupa ketangguhan dan daya tahan banting menyelesaikan masalah melalui proses penulis karya sastra. Proses pembelajaran yang dipraktekkan oleh Jejak Imaji berguna sebagai alternatif model pendidikan bagi gen Z. 

Hikmah yang dipetik dari model pendidikan yang diterapkan oleh Jejak Imaji untuk mengasuh gen Z belajar menulis karya sastra adalah butuh proses mencapai kemampuan tertentu. Proses ini menuntun  gen Z mengenai pencapaian tujuan memerlukan kepribadian tangguh untuk menghadapi tantangan. 

Hikmah lain yang diperoleh gen Z adalah ketika individu berhasil meraih tujuan akan merasakan makna dalam dirinya, karena telah berhasil melahirkan karya  yang memberi kemanfaatan bagi kesejahteraan kehidupan. Bukan pangkat, gelar dan jabatan yang membuat hidup mereka menjadi bermakna. 

Jejak Imaji menanamkan nilai pada gen Z meraih makna hidup saat berkarya, sesungguhnya menjadi cermin bagi sebagian orang yang  membabi buta berburu jabatan dan gelar, semata-mata memperoleh penghormatan dan kekuasaan. Realitas seseorang yang mempunyai keinginan besar meraih titel dan pangkat dengan meninggalkan proses dan cara meraihnya menanggalkan etik menjadi teringat kritik dari Mocthar Lubis.

Budayawan dan wartawan  ini mengkritik  tentang ciri manusia Indonesia, ketika menyampaikan pidato kebudayaan pada ulang tahun Yayasan Obor Indonesia. Kritiknya adalah feodalisme masih tumbuh subur. Tanda-tandanya dapat dilihat dari sekedar mementingkan jabatan dan gelar, tanpa disertai oleh kecakapan, pengalaman dan pengetahuan yang memadai. 

Dan Jejak Imaji melalui proses yang dijalani untuk membuahkan karya sastra, kesenian dan penerbitan, hakekatnya sedang melawan feodalisme itu. Salut buat Jejak Imaji.

***

*) Oleh : Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si., Direktur Clinic for Community Empowerment Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.