https://jakarta.times.co.id/
Berita

Demi Kolesterol, Dokter Makan 720 Butir Telur Sebulan

Kamis, 26 September 2024 - 02:23
Demi Kolesterol, Dokter Makan 720 Butir Telur Sebulan Dr. Nick Norwitz  dengan lebih dari 40 kotak telur dalam percobaannya. (FOTO: Daily Mail)

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Benarkah makan telur menyebabkan kolesterol naik? Untuk membuktikannya, seorang mahasiswa doktoral di Universitas Harvard, Dr. Nick Norwitz, makan 720 butir telur dalam sebulan.

Nick Norwitz akhirnya  menemukan fakta, bahwa ternyata justru kadar Low  Densitas Lipoprotein (LDL), atau "kolesterol jahat" turun hingga 18 persen.

Ini tentu saja  bertentangan dengan keyakinan banyak ahli yang selama puluhan tahun menjelek-jelekkan kolesterol dalam telur dengan memperingatkan bahwa memakannya bisa menyebabkan lonjakan kadar LDL serta meningkatkan risiko komplikasi dan bahkan bisa menyebabkan kematian dini.

Dr Nick Norwitz sendiri memegang gelar Ph.D. dalam metabolisme otak manusia dari Universitas Oxford dan kini sedang menyelesaikan gelar doktor medisnya di Universitas Harvard.

"Saya makan 720 butir telur dalam satu bulan sebagai percobaan. Apa yang terjadi pada kesehatan saya bertentangan dengan semua yang telah diberitahukan kepada saya," katanya.

Di komunitas pusat kebugaran, telur dipuji sebagai makanan super.

Setelah percobaan selama sebulan di mana ia memakan 24 butir telur sehari, atau 1.800 kalori, kadar lipoprotein densitas rendah (LDL), atau kolesterol “jahat”, turun hingga 18 persen.

LDL dianggap sebagai "kolesterol jahat" karena dapat menumpuk sebagai plak di arteri, sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Jenis kolesterol lainnya, yang disebut lipoprotein densitas tinggi (HDL) atau kolesterol “baik”, memiliki efek sebaliknya, membantu membuang kelebihan kolesterol dari aliran darah dan mengangkutnya ke hati.

Para ahli telah menjelek-jelekkan kolesterol dalam telur selama beberapa dekade, memperingatkan bahwa memakannya dapat menyebabkan lonjakan kadar LDL dan meningkatkan risiko komplikasi.

Nick Norwitz pertama kali tertarik pada ilmu gizi setelah perjuangannya melawan kolitis ulseratif, suatu peradangan pada usus tempat terbentuknya tukak, yang membuatnya keluar masuk rumah sakit dan terbaring di tempat tidur selama beberapa hari.

Dia akhirnya memutuskan untuk mencoba diet ketogenik, di mana 70 persen kalori berasal dari lemak, meskipun ada peringatan dokter agar tidak menggunakannya untuk mengobati kondisinya.

Mengungkapkan keputusannya untuk STAT pada tahun 2021, dia mengatakan setelah seminggu menjalani diet ketogenik, gejala kolitisnya mulai menghilang.

"Selama beberapa bulan berikutnya, saya berhenti minum obat kolitis. Dua tahun kemudian, saya masih menjalani diet ketogenik dan kolitis saya masih dalam tahap remisi," katanya.

"Hipotesis saya adalah bahwa mengonsumsi 720 butir telur dalam sebulan, yang setara dengan 133.200 mg kolesterol, tidak akan meningkatkan kolesterol saya. Secara spesifik, kolesterol LDL saya tidak akan meningkat," ujar dia.

“Dan, memang benar, itu tidak terjadi sedikit pun. Meskipun asupan kolesterol makanan saya meningkat lima kali lipat, kolesterol LDL saya justru menurun," tambahnya.

Sepanjang percobaan, ia menganalisis kadar kolesterol dalam tubuhnya melalui tes darah.

Telur mengandung sekitar 186 miligram (mg) kolesterol. Makanan lain yang mengandung kolesterol tinggi diantaranya daging merah, makanan laut, dan minyak tropis.

Beberapa ilmuwan juga berhipotesis bahwa telur tidak meningkatkan kolesterol, dan di dalam usus, kolesterol mengikat reseptor pada sel usus, memicu pelepasan hormon yang disebut kolesin.

Zat ini mengalir melalui darah ke hati, tempat ia mengikat reseptor bernama GPR146, yang memberi sinyal pada hati untuk memproduksi lebih sedikit LDL, membantu mempertahankan kadarnya dalam tubuh.

Setelah dua minggu pertama percobaannya, Nick Norwitz kemudian juga memutuskan untuk mulai mengonsumsi 60 gram karbohidrat per hari dalam bentuk buah-buahan seperti pisang dan blueberry.

Ia menjelaskan bagaimana mengonsumsi lebih banyak karbohidrat dapat membantu mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh.

Pada orang yang menjalankan diet rendah karbohidrat, kadar LDL justru cenderung meningkat dalam tubuh mereka karena sistem mereka mulai membakar lemak untuk energi, bukan karbohidrat.

Tetapi ketika seseorang mengonsumsi lebih banyak karbohidrat, yang terjadi justru sebaliknya: kadar LDL menurun dalam tubuh karena orang tersebut memperoleh lebih banyak energi dari karbohidrat.

Dalam percobaannya, ia mengonsumsi 60 gram karbohidrat dari pisang beku, blueberry, strowberry, dan ceri per harinya.

Itu setara dengan dua pisang sehari atau 21 ons blueberry.

Berbagai komentar kemudian mencuat setelah Dr. Nick Norwitz yang memakan 720 butir telur sehari itu menampilkannya di YouTube dan telah ditonton 160.000 kali di YouTube, dan ia mengatakan tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa makan telur tidak menyebabkan peningkatan kadar kolesterol. (*)

 

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.