TIMES JAKARTA, JAKARTA – Faksi Hizbullah di Lebanon menyatakan siap dengan perang panjang, namun Israel sedang berusaha untuk mengakhirinya dengan dalih ada catatan-catatan tertentu.
Israel menegaskan hingga kini masih melanjutkan perangnya di Lebanon bahkan mereka berniat menduduki Lebanon bila perlu, sementara Lebanon pun menolak persyaratan-persyaratan Israel.
Para pejabat Israel menegaskan bahwa perang terhadap Lebanon akan terus berlanjut hingga beberapa tujuan tercapai, yakni mundurnya Hizbullah ke luar Sungai Litani.
Sementara itu, seperti dilansir Al Jazeera, Lebanon menolak bocoran persyaratan itu yang disebutnya melanggar kedaulatan negara.
Menteri Pertahanan Israel, Yisrael Katz mengatakan tidak akan ada gencatan senjata atau ketenangan di Lebanon sampai tujuan perang tercapai.
Katz menjelaskan bahwa Israel tidak akan menyetujui pengaturan apa pun yang tidak memuat perlucutan senjata Hizbullah, penarikannya dari Litani, kembalinya penduduk di wilayah utara, dan jaminan haknya untuk "mencegah terorisme", seperti yang ia jelaskan.
Ia juga menekankan bahwa pemulangan sandera Israel yang ditahan di Gaza adalah prioritas utama Kementerian Pertahanan. "Ini adalah isu terpenting selain kekalahan Hamas," katanya.
Sebaliknya, Channel 14 Israel melaporkan bahwa keputusan untuk melanjutkan pertempuran di Lebanon kini sedang dibahas di tingkat politik dan militer Israel.
Saluran tersebut menambahkan bahwa pihak-pihak Israel melihat peluang yang tepat untuk memberikan pukulan keras terhadap Hizbullah, meskipun ada tekanan lokal dan internasional.
Israel Keterlaluan
Sementara itu pernyataan Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar lain lagi, dimana ia mengatakan ada kemajuan dalam perundingan gencatan senjata di Lebanon, dengan menunjukkan bahwa Israel bekerja sama dengan Amerika Serikat mengenai masalah ini.
Dia menambahkan dalam konferensi pers, bahwa Israel akan siap untuk melakukan penyelesaian jika Hizbullah mundur ke luar Sungai Litani.
Radio Tentara Israel juga mengutip Menteri Permukiman yang mengatakan bahwa ada pembicaraan mengenai perjanjian di utara yang mungkin menjamin kehidupan yang aman bagi penduduknya.
Surat kabar "Israel Hayom" mengutip sumber informasi yang mengatakan, bahwa jika Hizbullah tidak menerima gencatan senjata, Israel akan memperluas operasi daratnya, termasuk menduduki wilayah di Lebanon jika perlu.
Financial Times juga mengutip sumber informasi bahwa para pejabat Israel mungkin mencoba menggunakan perjanjian di Lebanon untuk mengurangi tekanan internasional.
Sementara itu pejabat hubungan media Hizbullah, Muhammad Afif mengatakan, belum ada proposal resmi atau spesifik dan baru terkait gencatan senjata yang sampai ke Lebanon dan Hizbullah.
Sebaliknya, Menteri Dalam Negeri Lebanon Bassam Mawlawi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Lebanon menolak bocoran persyaratan Israel yang melanggar kedaulatannya, dan menekankan komitmennya terhadap Resolusi 1701.
Mawlawi menjelaskan, permintaan Israel untuk mengontrol wilayah udara Lebanon sudah keterlaluan karena melanggar kedaulatan dan pihaknya tidak akan menerima, dan bahwa penempatan tentara di selatan berarti mereka akan bertanggung jawab atas pergerakan militer di selatan Litani.
Dia menambahkan, komitmen Lebanon terhadap Resolusi 1701 berarti berkomitmen terhadap gencatan senjata dan pihak lain harus menghentikannya.
Hingga saat ini Israel masih terus melakukan penyerangan baik di Gaza maupun di Lebanon, kendati Menlu Israel Gideon Saar menyatakan ada kemajuan untuk mengakhiri pertempuran dengan Hizbullah yang justru siap dengan perang panjangnya. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |