TIMES JAKARTA, JAKARTA – Perwakilan Dagang Amerika Serikat, Jamieson Greer, mengungkapkan bahwa pemerintah AS tidak menutup kemungkinan untuk keluar dari perjanjian perdagangan bebas USMCA (Amerika Serikat–Meksiko–Kanada). Pernyataan ini disampaikan dalam wawancara dengan Politico yang dipublikasikan pada Kamis (4/12/2025).
Greer menjelaskan bahwa keputusan untuk tetap berada dalam perjanjian sangat bergantung pada manfaat yang diperoleh AS. “Alasan kami memasukkan periode peninjauan dalam USMCA adalah untuk mengantisipasi kebutuhan merevisi, meninjau, atau bahkan keluar dari perjanjian,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa Presiden Donald Trump hanya akan melanjutkan partisipasi jika perjanjian tersebut jelas-jelas menguntungkan Amerika Serikat.
Berdasarkan naskah USMCA, setiap negara pihak dapat mengundurkan diri dengan memberikan pemberitahuan tertulis enam bulan sebelumnya. Ketegangan dagang baru-baru ini turut memicu spekulasi terkait masa depan perjanjian ini.
Pada akhir Juli 2025, Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menaikkan tarif atas barang Kanada dari 25% menjadi 35%, menyusul kegagalan kedua negara mencapai kesepakatan dalam batas waktu yang ditetapkan Washington. Sebagai respons, Kanada mencabut sebagian besar tarif balasannya pada Agustus, kecuali untuk produk baja, aluminium, dan otomotif.
Pada 26 November 2025, Perdana Menteri Kanada Mark Carney mengumumkan pemberlakuan tarif global sebesar 25% untuk produk baja, meski disebut tidak secara khusus ditujukan kepada AS.
Dengan adanya pernyataan Greer, masa depan USMCA kembali dipertanyakan, terutama mengingat komitmen pemerintahan Trump untuk menempatkan kepentingan nasional AS di atas segala bentuk kesepakatan multilateral. (*)
| Pewarta | : Antara |
| Editor | : Faizal R Arief |