TIMES JAKARTA, JAKARTA – Kerusuhan anti-pemerintah yang terjadi di Nepal mengakibatkan kerugian infrastruktur yang sangat besar, mencapai 200 miliar rupee Nepal (setara Rp2,3 triliun). Data akibat kerusuhan Nepal tersebut dilaporkan oleh portal berita Khabarhub yang mengutip sumber di Kementerian Pembangunan Kota Nepal.
Tidak hanya kerusakan material, kerusuhan juga memicu krisis pasokan bahan bakar. Media The Kathmandu Post melaporkan bahwa pendistribusian produk bahan bakar terganggu parah akibat masalah keamanan. Para sopir truk tangki BBM menolak untuk melakukan pengiriman tanpa jaminan keamanan yang memadai.
Gangguan pasokan semakin parah karena sejumlah titik perbatasan juga diserang oleh perusuh, yang mengakibatkan truk-truk tangki pengangkut BBM dari India tertahan di perbatasan.
Kerusuhan ini mencapai puncaknya pada 5 September 2025, ketika situasi di Nepal memanas setelah para demonstran menyerbu parlemen dan membakar rumah sejumlah pejabat tinggi di ibu kota Kathmandu. Aksi ini memicu respons keras dari kepolisian.
Puluhan pengunjuk rasa dilaporkan tewas dan ratusan lainnya terluka akibat peristiwa tersebut.
Di tengah eskalasi kekacauan tersebut, Perdana Menteri Nepal Sharma Oli menyatakan mundur dari jabatannya. Gejolak politik dan keamanan ini juga sebelumnya ditandai dengan pemblokiran media sosial oleh otoritas Nepal pada 4 September, yang kemudian dicabut setelah menuai protes. (*)
Pewarta | : Antara |
Editor | : Faizal R Arief |