TIMES JAKARTA, JAKARTA – PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) melalui CORA Environment menyiapkan investasi senilai 200 juta dolar Singapura (SGD) atau sekitar Rp2,56 triliun (kurs Rp12.821 per SGD) untuk lima tahun mendatang.
Anggaran itu disiapkan untuk memperkuat jaringan pengelolaan limbah, termasuk pembangunan infrastruktur recycling yang ditargetkan selesai pada tahun 2026.
Direktur TOBA Juli Oktarina dalam Paparan Publik di Jakarta, Selasa (28/10/2025), menjelaskan bisnis pengelolaan limbah perseroan telah dimulai sejak 2018 dan menunjukkan hasil yang semakin menjanjikan, terutama sejak ekspansi ke pasar Singapura.
Ia mengatakan keberhasilan pilar itu menjadi modal sekaligus landasan bagi perseroan untuk memperluas jangkauan ke pasar internasional lain di Asia Tenggara, seperti Thailand, Vietnam dan Malaysia, dengan fokus pada pengembangan infrastruktur waste to energy, recycling serta kolaborasi lintas kebijakan lingkungan.
“Aspirasi untuk menjadi pemain regional di sektor pengelolaan limbah dan energi bersih ini menegaskan transformasi TBS menuju perusahaan, yang sepenuhnya fokus pada bisnis hijau yang berkelanjutan, sekaligus membawa nama Indonesia ke kancah internasional dalam transisi energi bersih,” ujar Juli.
Pada semester II- 2025, TBS Energy meluncurkan identitas baru CORA Environment, menggantikan Sembcorp Environment di Singapura.
Melalui CORA Environment, perseroan memperluas kapabilitas waste to energy di tingkat regional dan mempercepat transfer teknologi ke Indonesia.
CORA Environment saat ini didukung lebih dari 700 karyawan dan 300 kendaraan operasional, menjalankan layanan pengumpulan, daur ulang, insinerasi, serta pemulihan sumber daya berbasis digital untuk meningkatkan efisiensi dan kepatuhan lingkungan.
Juli mengatakan tahun 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat fondasi bisnis hijau, yang mana perseroan telah menuntaskan fase transformasi dan saat ini fokus pada penguatan operasional di seluruh pilar hijau.
“Dengan kas yang kuat, struktur keuangan yang sehat, dan arah strategi yang jelas, TBS siap melangkah ke fase optimalisasi profitabilitas dan sinergi antar pilar pada 2026,” ujar Juli.
Sementara itu, lini bisnis lain perseroan yaitu Electrum memperluas ekosistem transportasi rendah emisi, yang mana per September 2025 lebih dari 6.400 motor listrik telah beroperasi dengan dukungan lebih dari 360 stasiun penukaran baterai (BSS), meningkat 25 persen dibandingkan semester sebelumnya.
BSS yang tersedia juga telah mendukung aktivitas penukaran baterai lebih dari 850 ribu kali per bulan, yang membantu menekan emisi karbon lebih dari 25 ton CO₂ per hari, sekaligus meningkatkan efisiensi biaya operasional mitra pengemudi.
Pada pilar energi terbarukan, PLTMH Sumber Jaya (6 MW) yang mulai beroperasi pada awal 2025 memberikan kontribusi stabil terhadap bauran energi bersih perseroan.
Kemudian, proyek PLTS Terapung Tembesi di Batam yang dikerjakan bersama PLN Nusantara Power telah mencapai progres konstruksi yang cukup signifikan dan dijadwalkan mencapai commercial operation date pada pertengahan tahun 2026.
Per kuartal III-2025, perseroan mencatat pendapatan konsolidasian sebesar 288,2 juta dolar AS, atau menurun 14 persen year on year (yoy) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya akibat dinamika harga batu bara.
Segmen pengelolaan limbah menyumbang sekitar 39 persen dari total pendapatan, atau menguat signifikan 1.048 persen (yoy) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, kendaraan listrik dan energi terbarukan terus menunjukkan pertumbuhan yang positif terhadap portofolio non-batubara. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: TBS Energi Serius Garap Sampah Jadi Energi, Siapkan Dana Rp2,56 Triliun
| Pewarta | : Antara |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |