TIMES JAKARTA, JAKARTA – Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama (Kemenag) menggelar kegiatan Peaceful Muharam Bersama Gen-Z di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (27/6/2025). Lebih dari 2.000 peserta muda dari berbagai daerah hadir dalam acara ini.
Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad, menjelaskan, kegiatan Peaceful Muharam bersama Gen-Z di Masjid Istiqlal bukan sekadar seremoni Tahun Baru Islam, melainkan strategi jangka panjang dalam membangun literasi keagamaan generasi muda.
“Peaceful Muharam adalah kanal baru untuk menyampaikan pesan-pesan keislaman secara moderat, santun, dan relevan dengan dunia anak muda,” ucap Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu saat membuka acara di Masjid Istiqlal Jakarta pada Jumat (27/6/2025).
Menurut Abu, pendekatan dakwah kepada Gen-Z perlu meninggalkan metode satu arah dan formalistik. Dakwah harus dilakukan dengan komunikasi yang adaptif, partisipatif, dan berbasis narasi damai.
“Generasi muda adalah mitra dakwah masa depan. Mereka bukan hanya objek, tapi juga subjek dakwah yang harus dilibatkan untuk membentuk wajah Islam yang ramah dan membumi,” jelasnya.
Abu juga menekankan bahwa kekuatan dakwah tidak hanya bergantung pada isi, tetapi juga pada cara dan ruang penyampaiannya. "Dulu, masjid dan panggung dakwah lebih sering diisi tokoh tua. Kini, saatnya anak muda kembali menjadi pusat syiar. Masjid harus menjadi rumah bersama, bukan ruang eksklusif,” tegas Abu.
Sementara itu, Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, menuturkan bahwa Peaceful Muharam Bersama Gen-Z dirancang sebagai ruang ekspresi keagamaan yang komunikatif dan membumi.
“Kita ingin Gen-Z merasa bahwa masjid dan dakwah adalah milik mereka juga. Mereka harus merasa relevan dan dihargai, bukan sekadar penonton,” kata Zayadi usai kegiatan.
Zayadi juga menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi ajang uji coba untuk pola literasi digital dan visual yang sedang dikembangkan Ditjen Bimas Islam. “Gen-Z hidup di ruang daring. Maka dakwah kita juga harus hadir di tempat mereka berada,” ujarnya.
Pada kesempatan ini, hadir figur-figur yang dekat dengan generasi muda seperti Ustaz Dennis Liem dan Guz Romzy Ahmad.
Ustaz Dennis memandang, spiritualitas bukan hanya milik kalangan tua atau santri. Generasi muda, menurutnya, harus berada di garis depan dalam membangun gaya beragama yang relevan dan membumi.
“Agama itu bukan beban, tapi bekal. Kalau Gen-Z ingin survive secara mental dan sosial, harus kembali pada nilai-nilai ilahi. Karena hanya Allah yang bisa stabilkan hati dan tujuan hidup kita,” jelasnya.
Ia turut mengajak generasi muda untuk tidak alergi terhadap istilah hijrah, melainkan memaknainya secara bertahap dan konsisten. “Hijrah itu bukan viral, bukan ganti tampilan, tapi ganti sistem nilai di dalam diri. Kita harus lebih jujur, lebih tenang, lebih bertanggung jawab,” paparnya.
Senada dengan hal itu, Gus Romzy menjelaskan bahwa hijrah pada masa kini bukan semata perpindahan tempat, melainkan perpindahan nilai.
“Berhijrahlah dari yang lalai ke yang sadar, dari pasif ke produktif, dari egoisme ke kepedulian. Itulah makna hijrah yang sejati,” ujarnya. Ia juga mengingatkan bahwa kesalahan sosial tidak cukup ditebus dengan istigfar semata.
“Kesalahan kepada manusia harus ditebus dengan perbaikan relasi dan silaturahmi. Islam bukan sekadar hukum dan doktrin, tapi agama adab, akhlak, dan peradaban,” tegasnya. (*)
Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
Editor | : Imadudin Muhammad |