TIMES JAKARTA, JAKARTA – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) bersiap melangkah ke fase kedua pemisahan bisnis infrastruktur jaringan. Perusahaan menargetkan proses spin-off bisnis serta aset wholesale fiber connectivity ke PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) atau InfraNexia rampung sepenuhnya pada 2026.
Nilai aset yang dialihkan dalam aksi korporasi ini mencapai sekitar Rp90 triliun. Sebelumnya, sebagian pemisahan aset dan bisnis tersebut telah memperoleh persetujuan pemegang saham independen melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada Jumat (12/12/2025).
Direktur Utama Telkom Dian Siswarini dalam keterangannya, Senin (15/12/2025), menyatakan bahwa restu pemegang saham menjadi pijakan penting bagi perusahaan untuk mempercepat agenda transformasi. Menurutnya, pemisahan ini akan membentuk struktur usaha yang lebih fokus, adaptif, dan siap menjawab tantangan industri digital.
Spin-off wholesale fiber connectivity ini juga merupakan bagian dari strategi besar TLKM 30, yang dirancang untuk memperkuat peran Telkom dalam mendorong pemerataan konektivitas digital nasional melalui pengelolaan infrastruktur yang lebih terintegrasi.
Ke depan, InfraNexia diproyeksikan menjadi sumber pertumbuhan baru TelkomGroup. Optimalisasi aset jaringan dan peningkatan kualitas layanan infrastruktur digital diharapkan mampu memperkuat kinerja perusahaan secara berkelanjutan.
Pasca fase pertama spin-off, InfraNexia akan menguasai lebih dari separuh total jaringan fiber Telkom, mencakup jaringan akses, agregasi, backbone, hingga infrastruktur pendukung lainnya.
Dengan struktur baru ini, InfraNexia akan lebih leluasa mengembangkan bisnis fiber, menekan biaya operasional dan investasi, serta membuka peluang network sharing dan kemitraan strategis guna menciptakan nilai tambah yang lebih optimal bagi seluruh pemangku kepentingan.
Telkom menegaskan, pembentukan InfraNexia sejalan dengan agenda transformasi jangka panjang BUMN dan arahan kebijakan nasional, termasuk mandat Danantara, untuk meningkatkan efisiensi serta kontribusi nyata bagi perekonomian negara.
Besarnya potensi pasar dan kebutuhan konektivitas digital lintas sektor membuka ruang ekspansi luas bagi InfraNexia sebagai penyedia infrastruktur utama di Indonesia.
Langkah ini juga memperkuat implementasi empat pilar strategi TLKM 30, khususnya pilar ketiga yang berfokus pada unlocking value portofolio infrastruktur digital TelkomGroup. Pilar lainnya mencakup peningkatan keunggulan operasional, penguatan tata kelola dan efisiensi modal, penataan portofolio bisnis, serta transformasi Telkom menjadi strategic holding yang berorientasi pada penciptaan nilai jangka panjang. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Spin-Off Jumbo Telkom Dimulai, InfraNexia Pegang Kendali Jaringan Serat Optik
| Pewarta | : Hendarmono Al Sidarto |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |