TIMES JAKARTA, JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin memperbanyak produksi rudal hipersonik berkecepatan 8.370 mil/jam.
Rudal ini telah ditembakkan ke Ukraina Minggu lalu. Vladimir Putin bangga karena di dunia tidak ada satupun negara yang memiliki senjata seperti itu.
Rusia menembakkan rudal Oreshnik baru ke kota Dnipro, Ukraina, pada hari Kamis kemarin setelah Ukraina menembakkan rudal ATACMS Amerika dan rudal jarak jauh Storm Shadow Inggris jauh ke dalam wilayah Rusia.
Oreshnik, yang berarti pohon hazel, melaju dengan kecepatan sekitar 8.370 mil per jam, dan bisa membawa beberapa hulu ledak nuklir.
Namun Vladimir Putin mengatakan kepada bangsa Rusia dalam pidato yang disiarkan televisi, bahwa rudal yang ditembakkan ke lokasi industri militer di Dnipro, Kamis lalu itu menggunakan hulu ledak konvensional.
Setelah menembakkan Oreshnik, juru bicara Rusia, Dmitry Peskov memperingatkan Inggris dan Amerika tentang tindakan ceroboh mereka dalam memasok rudal jarak jauh ke Ukraina.
"Pesan utamanya adalah bahwa keputusan dan tindakan gegabah negara-negara Barat yang memproduksi rudal, memasoknya ke Ukraina, dan kemudian berpartisipasi dalam serangan di wilayah Rusia tidak bisa dibiarkan tanpa reaksi dari pihak Rusia," kata Peskov.
Akhir pekan ini, Vladimir Putin membanggakan negaranya bahwa tidak ada satu pun negara di dunia yang memiliki kekuatan untuk mencegat rudal Oreshnik ini, yang terbang dengan kecepatan sepuluh kali kecepatan suara.
"Tidak ada tindakan yang bisa mengatasi rudal semacam itu, tidak ada cara untuk mencegatnya di dunia saat ini," katanya.
"Dan saya tegaskan sekali lagi bahwa kami akan terus menguji sistem terbaru ini. Produksi massal perlu dilakukan," tambahnya.
Vladimir Putin telah meningkatkan produksi rudal hipersonik baru yang ia tembakkan ke Ukraina minggu lalu.
Ia menambahkan, cepat atau lambat negara-negara terkemuka lainnya juga akan mendapatkannya. "Kami tahu bahwa senjata itu sedang dalam tahap pengembangan," ujar dia.
Rudal yang ditembakkan ke Ukraina menyebabkan parlemen negara itu membatalkan sidang, kamid keamanan di Kiyv diperketat.
Para pemimpin NATO dan pemimpin Ukraina diperkirakan akan mengadakan pembicaraan darurat pada hari Selasa.
Namun Barat tetap menentang Putin. Menteri luar negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, memberi Ukraina lampu hijau untuk menembakkan rudal jarak jauh Prancis ke Rusia 'dengan logika membela diri'.
Ia tidak mengonfirmasi apakah senjata Prancis sudah digunakan tetapi mengatakan bahwa tidak ada 'garis merah' dalam hal mendukung Ukraina. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |