TIMES JAKARTA, JAKARTA – Duka menyelimuti Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Sebuah bangunan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani ambruk pada Rabu (29/10/2025) sekitar pukul 00.30 WIB.
Sebanyak 12 santri menjadi korban, dan satu di antaranya, Putri (12), dinyatakan meninggal dunia.
Peristiwa tragis ini terjadi saat para santri tengah tertidur lelap di asrama mereka. Beberapa di antara mereka mengalami luka berat dan kini masih menjalani perawatan di fasilitas kesehatan setempat.
Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kementerian Agama (Kemenag), Thobib Al Asyhar, menyampaikan duka mendalam atas musibah tersebut. Ia menegaskan bahwa Menteri Agama Nasaruddin Umar akan segera memberikan arahan dan menyiapkan langkah penanganan, termasuk bantuan bagi pihak pesantren dan korban terdampak.
“Kami menyampaikan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas peristiwa ini. Kemenag akan men-support penuh langkah penanganan dan bantuan. Mudah-mudahan kejadian seperti ini tidak terulang,” ujar Thobib di sela dialog media Kemenag di Hotel Alia Boutique Pasar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (29/10/2025).
Kemenag Dukung Audit Nasional Bangunan Pesantren
Sebelumnya, Pemerintah Kota Surabaya berencana melakukan audit bangunan terhadap lebih dari 1.000 pondok pesantren di wilayahnya. Menanggapi hal ini, Thobib menegaskan bahwa Kemenag mendukung penuh langkah audit infrastruktur pesantren, terutama di daerah rawan bencana.
Ia menyebut, pemerintah pusat telah membentuk tim lintas kementerian, terdiri dari Kemenag, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta instansi terkait lainnya. Tim ini akan bekerja di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar.
“Tim ini bertugas mengidentifikasi dan memetakan pesantren yang rawan dari aspek infrastruktur. Kami mengapresiasi langkah pemda yang memberi perhatian serius terhadap pesantren-pesantren yang memerlukan penguatan fasilitas,” tambah Thobib.
Kronologi Kejadian: Santri Tertidur Saat Bangunan Ambruk
Hingga kini, pihak kepolisian masih melakukan olah TKP dan belum dapat memastikan penyebab pasti ambruknya bangunan pesantren tersebut.
Salah satu korban selamat, Aura Adelia (14), menceritakan detik-detik kejadian. Ia mengaku sedang tidur ketika mendengar suara keras dan bangunan tiba-tiba runtuh.
“Saya tidak tahu apa-apa, cuma saat saya keluar, kondisinya sudah berantakan dan hujan gerimis,” ujarnya pelan.
Dari 12 korban, enam santri dirawat di Puskesmas Besuki, empat di RSUD Besuki, dan satu di RSIA Jatimed Situbondo.
Audit Menyeluruh Jadi Kunci Keselamatan Santri
Kemenag menilai pentingnya audit infrastruktur pesantren bukan hanya untuk aspek keselamatan, tetapi juga sebagai bagian dari standarisasi kelayakan fasilitas pendidikan keagamaan di Indonesia.
Langkah ini diharapkan dapat mencegah kejadian serupa di masa depan serta memberikan jaminan keamanan bagi para santri yang tinggal di asrama.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Ponpes Ambruk di Situbondo, Kemenag RI Siapkan Langkah Audit Nasional
| Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
| Editor | : Imadudin Muhammad |