TIMES JAKARTA, JAKARTA – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan peran penting aparatur Kementerian Agama sebagai juru bicara pemerintah yang bijak di tengah masyarakat. Pesan tersebut disampaikan saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Agama Tahun 2025 bertema “Mempersiapkan Umat Masa Depan”.
"Saya mohon kepada seluruh aparatur Kementerian Agama agar menjadi juru bicara pemerintah yang baik,” tegas Menag di Gading Serpong, Selasa (16/12/2025).
Ia menekankan agar ASN Kemenag tidak hanya diam ketika klarifikasi dibutuhkan, namun juga tidak menjadi ASN cerewet yang justru memprovokasi.
"Dengan komunikasi yang tepat dan proporsional, Menag meyakini kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang berorientasi jangka panjang, akan lebih mudah diterima oleh masyarakat," jelasnya.
Menurut Menag, kondisi Indonesia saat ini patut disyukuri. Sebagai negara anggota G20, posisi ekonomi Indonesia dinilai cukup kuat dengan inflasi yang masih terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang stabil di kisaran lima persen. Bahkan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional dapat menembus lebih dari lima persen hingga mendekati enam persen pada semester pertama 2026.
Menag juga menyoroti berbagai program strategis pemerintah di bidang pendidikan dan kesehatan. Ia menyebut hadirnya Sekolah Rakyat yang sepenuhnya gratis, dilengkapi fasilitas layak, laptop untuk setiap siswa, seragam, serta pemenuhan gizi harian, sebagai bukti nyata perhatian Presiden terhadap masa depan generasi bangsa. Selain itu, pemerintah juga menghadirkan layanan pemeriksaan kesehatan gratis, pengobatan gratis, serta pembangunan rumah sakit yang merata di berbagai daerah.
Dalam konteks penanganan bencana di Aceh dan Sumatra, Menag mengapresiasi langkah pemerintah yang mampu menangani musibah secara mandiri melalui efisiensi anggaran dan kerja cepat lintas sektor. Gotong royong TNI, Polri, masyarakat, serta respons cepat BNPB dinilai menjadi contoh penanganan darurat yang efektif dan mendapat perhatian internasional.
"Jangan sampai kebaikan dan keistimewaan negeri ini justru dinafikan oleh kita sendiri. Bersyukur atas kondisi bangsa saat ini adalah sebuah kewajiban," tuturnya. (*)
| Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |