TIMES JAKARTA, JEPANG – Ridho Affandi, Koresponden TIMES Indonesia di Jepang merasakan, bulan puasa ramadan tahun 2021 ini suasana berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Jika sebelumnya dia selalu melalui ramadan di kampung halaman di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tahun ini dia menjalani ibadah puasa ramadan di negeri sakura yaitu Jepang.

Ya, sejak enam bulan lalu dia menjalani tugas belajar di Jepang, tepatnya mengikuti program pertukaran mahasiswa yang diselenggarakan oleh kampusnya, Universitas Gadjah Mada.

"Menjalankan ibadah puasa ramadan di negara yang penduduknya bukan mayoritas beragama islam merupakan tantangan tersendiri. Terlebih, saat ini situasinya masih dalam pandemi Covid-19," kata Ridho Affandi.

Namun, selama di Jepang dia tak sendiri. Di negeri sakura ini dia bertemu banyak teman dari Indonesia yang kebetulan sedang studi di Jepang. Salah satunya adalah Ridwan Wicaksono yang sudah dua tahun menempuh studi S3 di Kota Chiba Jepang, tepatnya di Chiba University.

“Alhamdulillah, selama ramadan di sini (Jepang), saya dapta melalui ibadah dengan baik dan lancar,” kata Ridwan.

Ridwan mengaku, sejak beberapa bulan lalu dirinya mendapat amanat sebagai salah satu Board of Director (BoD) Chiba Islamic Cultural Center (CICC) yang letaknya di Nishi-Chiba atau Masjid Nishi-Chiba. Pada tahun 2021, suasana ramadan sedikit berbeda dibandingkan pada tahun 2020.

Tahun lalu, selama ramadan tidak ada kegiatan ibadah karena situasi pandemi Covid-19. Seperti, shalat tarawih berjamaah, iftar buka bersama, i’tikaf bahkan tidak ada ibadah jumat bersama; karena pemerintah menetapkan emergency state untuk seluruh wilayah Jepang.

Namun, pada tahun ini pemerintah mengijinkan beberapa wilayah untuk melakukan kegiatan ibadah ramadan. Tentu dengan jumlah jamaah yang terbatas dan protokol kesehatan yang sangat ketat.

“Chiba Islamic Cultural Center (CICC) menggelar kegiatan education program seperti kelas baca Iqra, kelas Bahasa Arab, kelas Fiqih perbadingan antar mazhab, kelas bahasa Jepang, dan kelas bahasa Indonesia. Kami juga menggelar buka bersama,” jelas Ridwan.

Selama ramadan, kelas fiqh yang biasa dilaksanakan setiap malam Minggu ditiadakan. Sedangkan Program Iqra untuk anak-anak dan orang tua tetap berjalan normal dan dilanjutkan dengan kegiatan buka bersama setiap hari Sabtu.

Selain itu, kegiatan buka bersama secara umum, baik untuk muslim atau non-muslim, diselenggarakan setiap hari Minggu dengan rata-rata peserta mencapai 75-100 orang. Kegiatan tarawih dan i’tikaf tetap terselenggara dengan baik.

“Ketika ada kenaikan pasien di wilayah Chiba, BoD mengadakan rapat pembahasan teknis setiap kegiatan untuk mengurangi resiko penularan virus. Misalnya, pemisahan jarak shaf shalat, cara penyajian menu buka bersama, dan penentuan durasi waktu kegiatan tarawih,” papar Ridwan.

Jelang Idul Fitri, Ridwan menerangkan, BoD besar kemungkinan akan menyelenggarakan salat Idul Fitri di Masjid Nishi-Chiba Jepang. Pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak berwenang setempat. Tentu, penyelenggaraan salat Idul Fitri menerapkan protokol kesehatan. Panitia pun memutuskan salat Idul Fitri dibagi menjadi 2 kloter yaitu pukul 07.00 dan pukul 08.00. “BoD juga menyiapkan bingkisan khusus kepada para muslimin agar menambah suasana syiar dan dakwah di sekitar Masjid Nishi-Chiba,” jelas Ridwan. (*)