TIMES JAKARTA, JAKARTA – Pemerintah Indonesia serius memantau perkembangan perang Hamas melawan Israel yang telah menewaskan lebih dari 1.500 orang di kedua belah pihak.
Perang tersebut dinilai akan berdampak pada ke kawasan Indo-Pasifik, setelah Eropa, Afrika dan Timur Tengah menjadi titik api. Oleh karenanya, Indonesia diminta untuk antisipasi.
"Kita perlu memantau terutama dalam konteks geopolitiknya, bagaimana perang kawasan ini sedang terjadi di mana-mana. Cepat atau lambat akan ke kawasan kita," kata Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia sekaligus Pakar Geopolitik Global, Anis Matta, dikutip TIMES Indonesia dari YouTube Gelora, Rabu (11/10/2023).
Menurutnya, Indonesia perlu memiliki kesadaran mengenai geopolitik agar terhindar dari dampak lanjutan perang kawasan yang terjadi di beberapa negara di dunia saat ini
"Saya kira, hal ini akan berhubungan dengan Pilpres kita, Kita perlu pemimpin, presiden mendatang yang memahami betul situasi geopolitik global. Itu sebabnya kita dukung Pak Prabowo Subianto," jelasnya.
Ia juga berharap, pemerintah konsisten dalam mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina, karena sudah menjadi amanat konstitusi.
"Sudah tentu kita harus mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina, walaupun semua negara di Eropa, Amerika dan PBB pasti melakukan pembenaran atas serangan balik Israel ke Palestina atas nama mempertahankan diri," katanya.
Eskalasi Penting
Anis Matta juga mengomentari soal serangan cepat Hamas ke Israel kali ini dengan kode Operasi Badai Al-Aqsa ini. Menurutnya, ini memang berhasil mengejutkan dunia, termasuk pihak Israel.
"Serangan cepat pihak Hamas kedalam wilayah Israel Sabtu pagi kemarin adalah salah satu eskalasi penting dalam konflik Palestina-Israel saat ini," katanya.
Ia menyampaikan, serangan ini juga membuktikan bahwa intelejen Israel lemah dan pertahanan canggih Iron Dome bisa ditembus dengan mudah oleh milisi Palestina, Hamas.
Kondisi ini tentu saja mengindikasikan kelemahan intelijen Israel, kekuatan Hamas yang meningkat, dan ketegangan baru geopolitik kawasan.
"Bisa kita lihat dari korbannya, di pihak Israel yang paling banyak tentara, sementara di Palestina warga sipil, ibu-ibu dan anak. Jelas intelejen Israel semakin melemah, kalah sama intelejen Hamas," jelasnya.
Ia mengatakan, Israel sekarang berusaha sekuat tenaga membangun kepercayaan dirinya kembali dengan bantuan komunitas internasional melalui standar ganda di belakang nya.
"Tapi persoalannya sekarang negara sponsor Israel, seperti Amerika, Eropa dan Rusia ini, lagi bertengkar sendiri. Dan kesulitan Israel menghadapi Hamas, Palestina sekarang, adalah negara sponsornya tidak solid, ada perang sesama mereka sendiri. Israel dipastikan kena sandwich antara Amerika-Rusia," ujarnya. (*)
Pewarta | : Moh Ramli |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |