https://jakarta.times.co.id/
Opini

Membersamai Ummat, Memenangi Masa Depan

Senin, 19 Mei 2025 - 15:34
Membersamai Ummat, Memenangi Masa Depan Dr. (HC) KH. Syahrul Munir

TIMES JAKARTA, JAKARTA – “Ummati, ummati” begitulah sabda Rasulullah SAW menjelang wafatnya, sebagaimana diriwayatkan dalam sejumlah kitab sirah. Kalimat tersebut merupakan pesan abadi bahwa umat ini adalah amanat yang besar. 

Mereka yang mengaku sebagai pengikut Rasul, tak cukup hanya mencintainya secara simbolik, melainkan harus peduli terhadap umatnya, hidup bersama mereka, hadir di tengah mereka, dan membimbing mereka untuk menuju kemaslahatan dan masa depan peradaban yang lebih baik. 

Dalam konteks ini, NU telah mengambil peran dan melaksanakan amanah ini melalui struktur kelembagaannya yang multidimensional. Lembaga Perekonomian NU (LPNU) misalnya, tampil sebagai motor penggerak kemandirian ekonomi umat. 

Tidak sekadar berbicara soal koperasi atau pelatihan UMKM, LPNU berjuang agar umat tidak terus-terusan menjadi konsumen pasif dalam pusaran pasar produksi yang membanjiri berbagai segi kebutuhan hidup manusia modern.

Dalam hal mencetak generasi unggul, peran Lembaga Pendidikan Ma’arif NU dan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) cukup signifikan. Ma’arif NU sebagai tulang punggung pendidikan formal NU, dari tingkat dasar hingga menengah, bertugas menanamkan nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan dalam kurikulum yang relevan dengan tantangan zaman. 

Di sisi lain, RMI sebagai wadah pesantren, menjaga kesinambungan tradisi intelektual Islam yang berbasis kitab kuning, adab, dan keteladanan. Ini adalah modal besar bagi umat Islam, khususnya warga Nahdliyyin, untuk tampil sebagai lumbung kekuatan utama dalam peradaban global, tanpa kehilangan akar tradisi.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah komitmen NU untuk mengawal peradaban bangsa Indonesia yang terwujud dalam berbagai tradisi dan kebudayaan. Melalui Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi), NU hadir secara langsung di tengah masyarakat untuk melanjutkan warisan budaya yang adiluhung. 

Konteks Kebudayaan yang dibangun melalui Lesbumi adalah ikhtiar spiritual untuk melanjutkan titah penciptaan manusia sebagai khalifah fil ardh, yang bertugas menjaga hubungan harmoni antara sesama manusia dan semesta di sekitarnya. 

Tradisi-tradisi yang sarat dengan nilai etis dan spiritual serta kesadaran ekologis menjadi medium dakwah yang halus, sekaligus cara untuk merawat kehidupan yang rahmatan lil ‘alamin.

Kehadiran NU dalam kerja-kerja kemanusiaan tampak nyata melalui peran aktif lembaga-lembaganya seperti LDNU, LAZISNU, LPBI-NU, dan LKKNU yang menjadi tulang punggung solidaritas umat. 

Semua gerakan ini tidak hanya dijalankan atas dasar kepedulian sosial semata, tetapi berpijak pada nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah yang menekankan keseimbangan (tawazun), moderasi (tawassuth), toleransi (tasamuh), dan keadilan. Melalui pendekatan Aswaja inilah NU membangun kerja-kerja kemanusiaan yang selaras dengan maqasid asy-syariah

Maka, agar amanah besar ini terus berlanjut, cita-cita dan capaian yang telah dirintis tak berhenti di tengah jalan, kita membutuhkan kepemimpinan yang berakar pada integritas moral dan kejernihan visi. 

Bukan pemimpin yang melihat umat sebagai alat tawar-menawar politik, tetapi yang merasakan umat sebagai titipan paling mulia. Sebuah amanat yang diwariskan Nabi dalam napas lirih di nafas terakhirnya “Ummati ummati.”

Kepemimpinan semacam ini lahir bukan dari ambisi, melainkan dari kesadaran untuk mengabdi. Ia hadir bukan untuk memperbesar dirinya, tetapi untuk melindungi, merawat, dan memajukan umat. 

Ia tahu benar bahwa di balik setiap kebijakan yang diambil, ada kehidupan umat yang dipertaruhkan. Maka menjadi pemimpin bukan soal tampil di depan, tetapi soal keberanian menanggung beban di pundak demi masa depan yang lebih baik bagi semuanya.

Mengutip pertanyaan yang sering disampaikan oleh Almaghfurlah K.H. Sahal Mahfudz yang patut kita renungkan bersama: "Relakah kita meninggalkan umat sebagai korban zaman?" Pertanyaan ini adalah panggilan nurani agar NU tidak pernah alpa dalam tugas besar membersamai umat. 

Karena hanya dengan terus membersamai ummat melalui pendidikan, kebudayaan, dakwah, sosial, dan aspek pembangun peradaban lainnya, kita bisa benar-benar memenangi masa depan. Bukan hanya untuk kita hari ini, tapi untuk generasi yang akan datang.

***

*) Oleh : Dr. (HC) KH. Syahrul Munir

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

______
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

 

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.