TIMES JAKARTA, JAKARTA – SABTU (5/10/2024) pagi ini saya dikagetkan dengan kabar Romo Benny meninggal dunia. Saya pun konfirmasi hal tersebut pada asistennya yakni Matius Nugroho. Ia pun membenarkan kabar menyedihkan tersebut.
Ia mengatakan, tokoh Katolik sekaligus Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu wafat di Pontianak, saat sedang sibuk melaksanakan diskusi kelompok terpumpun (FGD) bertema Kerapuhan Etika Penyelenggara Negara dalam Berbangsa dan Bernegara: Kedaulatan Sumber Daya Alam yang diselenggarakan BPIP di Universitas Tanjung Pura.
Kata Matius, Romo Benny akan dimakamkan di kampung halamannya, Malang, Jawa Timur, pada Senin (7/10/2024) nanti. Beliau memang asli dari Kota Apel. Lahir di Malang pada 10 Oktober 1968.
Terakhir, kami bertemu bulan lalu. Tepatnya di kantor BPIP, di Jalan Veteran, Gambir, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Dalam pertemuan tersebut, agenda intinya adalah ngopi santai dan membicarakan buku yang akan saya tulis, yakni tentang Paus Fransiskus, yang datang ke Indonesia dari tanggal 3-6 September 2024 lalu.
"Intinya dalam buku ini nanti tentang pesan toleransi Paus Fransiskus dalam pidatonya. Dan kaitannya dengan pesan Alquran dan Hadist," kata saya pada Romo Benny. Bincang-bincang kami ditemani oleh dua gelas teh hangat.
"Tapi saya kurang paham Alquran dan Hadist loh mas," jawab Romo Benny.
"Saya hanya minta pandangan Romo tentang kedatangan Paus Fransiskus dan buku yang akan saya tulis," kata saya.
Deadline Oktober
Perbincangan tentang buku tersebut kami lanjutkan di WhatsApp. Romo Benny mendukung penulis buku tersebut. Menurutnya, ini sangat positif untuk kontribusi memperkuat hubungan umat antaragama. Romo Benny menyampaikan, dalam Katolik, saling menghormati antara sesama manusia, adalah sangat dianjurkan. Meskipun itu dalam lingkup perbedaan-perbedaan yang tajam sekalipun.
"Apa isi Matius 22 ayat 39? Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Saling mengasihi sesama manusia merupakan salah satu dari hukum yang terutama diajarkan Yesus," kata Romo Benny kepada saya.
Saat ini, buku yang diperbincangkan tersebut belum selesai, masih dalam proses penulisan. Deadline-nya, akhir Oktober ini sudah rampung, plus dengan kata pengantar dari tokoh-tokoh Islam dan Katolik.
Niatnya, akan ada 25 bab dalam buku ini. Salah satu bab-nya adalah, pandangan-pandangan Romo Benny atas kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia, dan juga tentang toleransi di Tanah Air.
Saat hidupnya, jika dilihat dari berbagai tulisan dan pidatonya, Romo Benny sangat fokus pada persoalan etika, demokrasi, toleransi agama, dan nasib rakyat Indonesia yang masih hidup dalam ketimpangan.
Kecintaannya pada Indonesia dan kemanusiaan, harus menjadi teladan dan diapresiasi setinggi mungkin. Hidupnya yang sekali di dunia ini sudah didesain secara berarti oleh beliau.
Selamat jalan Romo Benny. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Romo Benny dan Buku yang Belum Selesai
Pewarta | : Moh Ramli |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |