TIMES JAKARTA, JAKARTA – Sampai hari para pencari korban gempa bumi di Afghanistan telah menemukan 2.205 jenasah yang terjebak di bawah reruntuhan rumah-rumah yang hancur.
Wakil juru bicara Taliban, Hamdullah Fitrat juga menulis di akunnya di X, bahwa jumlah korban tewas akibat gempa bumi dahsyat mencapai 2.205 orang dan korban luka mencapai 3.640 orang,”
"Ratusan mayat telah ditemukan dari rumah yang hancur di distrik Nurgal Kunar, Mazar Dara, Diwa Gul Dara di Chawkay, distrik Chapa Dara, dan Manogai," tulis Hamdullah Fitrat.
Ia mengatakan, operasi penyelamatan hari ini dilanjutkan di wilayah terdampak gempa bumi baru-baru ini. Menurut data terbaru, jumlah korban tewas di Kunar telah meningkat menjadi 2.205, sementara jumlah korban luka mencapai 3.640.
Sejumlah besar jasad menurut mereka masih belum ditemukan karena keterbatasan sarana dan prasarana, serta sulitnya medan yang hendak dicapai.
Gempa berkekuatan 6 SR mengguncang Afghanistan pada hari Minggu tengah malam lalu, mengguncang beberapa provinsi termasuk Kunar, Nangarhar, Laghman, dan Nuristan. Sebanyak 12 orang tewas dan ratusan lainnya terluka di provinsi tetangga Nangarhar dan Laghman
Setidaknya lima provinsi terkena dampak gempa. Kunar adalah provinsi yang paling parah terkena dampaknya. Gempa itu meratakan desa-desa dan menjebak orang-orang di bawah reruntuhan. Dua wilayah Kunar dan Nagarhar adalah wilayah yang paling terpencil dan miskin di negara itu.
Rumah-rumah yang hancur akibat gempa bumi di Kunar, Afghanistan.(FOTO: Daily Mail)
Ratusan mayat telah ditemukan dari rumah-rumah yang hancur akibat gempa bumi besar di Afghanistan minggu lalu, sehingga jumlah korban tewas menjadi lebih dari 2.200, kata juru bicara pemerintah Taliban .
Hamdullah Fitrat mengatakan upaya penyelamatan dan pencarian masih terus berlanjut.
"Tenda telah didirikan untuk warga, dan pengiriman pertolongan pertama serta perlengkapan darurat masih berlangsung," katanya.
Medan yang berat menghambat upaya evakuasi. Pihak berwenang Taliban telah mengerahkan helikopter dan pasukan komando militer untuk membantu para korban.
Bahkan para petugas bantuan melaporkan telah berjalan kaki berjam-jam untuk mencapai desa-desa yang terisolasi akibat tanah longsor dan longsoran batu. Pemotongan dana juga berdampak pada respons.
"Kami perlu membeli barang-barang setelah mendapatkan dana tetapi ini mungkin akan memakan waktu berminggu-minggu dan orang-orang membutuhkannya sekarang," kata Penasihat komunikasi dan advokasi untuk dewan di Afghanistan, Maisam Shafiey.
Kami hanya memiliki 100.000 dolar AS (£74.000) yang tersedia untuk mendukung upaya tanggap darurat. Hal ini menyisakan kekurangan dana sebesar 1,9 juta dolar AS (£1,4 juta).
Organisasi kemanusiaan menyebut bencana terbaru ini sebagai krisis didalam krisis.
Afghanistan sudah berjuang menghadapi dampak perubahan iklim, khususnya kekeringan, ekonomi yang lemah, dan kembalinya sekitar dua juta warga Afghanistan dari negara-negara tetangga.
Komite Penyelamatan Internasional (IRC) memperingatkan bahwa gempa bumi di Afghanistan kemungkinan akan 'mengerdilkan' skala kebutuhan kemanusiaan yang disebabkan oleh gempa bumi Herat tahun 2023, yang menurut Taliban menewaskan sekitar 4.000 orang.
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |