TIMES JAKARTA, JAKARTA – Gregg Braden, seorang ilmuwan dan penulis sejumlah buku-buku best-seller, menyampaikan pernyataan mengejutkan tentang perubahan iklim. Ia mengakui bahwa perubahan iklim memang benar terjadi, tetapi ia menyangkal bahwa manusia adalah penyebab utamanya.

Dalam sebuah paparannya, Penulis buku "Pure Human" ini mengakui bahwa tingkat karbon dioksida (CO₂) di atmosfer memang meningkat signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Namun, ia tetap mempertanyakan narasi umum yang menyatakan bahwa hal tersebut buruk bagi planet Bumi.

"Apakah ada lebih banyak CO₂ di atmosfer sekarang daripada 10, 20, 50, atau 100 tahun yang lalu? Jawabannya, absolut iya. Apakah itu hal yang buruk? Jawabannya: tidak," kata Braden dalam sebuah unggahan Wide Awake Media di platform medsos X pada 23 Agustus 2025 lalu.

Braden lalu membandingkan kondisi saat ini dengan zaman prasejarah.

Saat ini, konsentrasi CO₂ berada di sekitar 440 bagian per juta (ppm). Namun, pada periode Jurassic (zaman dinosaurus), level CO₂ pernah mencapai lebih dari 1.000 ppm, bahkan pada zaman Triassic angkanya menyentuh 2.000 ppm.

"Bumi justru hijau, subur, dan dipenuhi kehidupan berlimpah pada masa-masa itu," imbuhnya, menggambarkan bahwa level CO₂ tinggi tidak serta-merta menjadikan planet tidak layak huni.

Yang paling penting, Braden menekankan bahwa data geologi sejarah Bumi menunjukkan bahwa hubungan antara CO₂ dan suhu tidak selalu sederhana dan linier.

"Yang kita lihat dalam sejarah geologi... ada saat-saat ketika tingkat CO₂ tinggi dan suhu justru rendah, dan saat-saat ketika hal sebaliknya terjadi. Itu bukan hubungan sebab-akibat yang mutlak satu banding satu," jelasnya.

Pernyataan Braden ini bertolak belakang dengan konsensus ilmiah utama yang menyatakan bahwa aktivitas manusia (seperti pembakaran bahan bakar fosil) adalah pendorong utama perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi dengan sangat cepat saat ini.

Pandangannya ini dinilai kontroversial dan menjadi bahan perdebatan hangat di kalangan ilmuwan dan pemerhati lingkungan.