https://jakarta.times.co.id/
Berita

Menag Nasaruddin Umar: Alam Bukan Objek Eksploitasi

Selasa, 15 Juli 2025 - 19:19
Menag Nasaruddin Umar: Alam Bukan Objek Eksploitasi Menag Nasaruddin Umar. (FOTO: dok. Kemenag for TIMES Indonesia)

TIMES JAKARTA, JAKARTA – Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar mengungkapkan pentingnya menata ulang cara pandang umat Islam terhadap alam semesta. Menurutnya, alam perlu diposisikan bukan sebagai objek eksploitasi, melainkan sebagai mitra dalam kehidupan.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menyebut, konsep ekoteologi sebagai pendekatan spiritual Islam yang relevan untuk merespons krisis lingkungan. 

“Kalau kita menganggap alam hanya objek, maka matilah rasa kita,” katanya saat membuka kegiatan International Conference on Islamic Ecotheology for the Future of the Earth (ICIEFE) 2025 dan Kick-Off for the Refinement of MoRA’s Qur’anic di Jakarta, dikutip TIMES Indonesia, Selasa (15/7/2025).

Konferensi internasional tersebut merupakan rangkaian dari Peaceful Muharam yang digelar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, melibatkan berbagai unsur, mulai dari pemerintah, akademisi dalam dan luar negeri, masyarakat sipil, media, generasi muda dari pesantren, universitas, serta komunitas lingkungan. 

Menurut Menag, manusia perlu membangun hubungan emosional dan spiritual dengan alam. Untuk itu, ia mendorong pemanfaatan “otak kanan” dalam memahami alam, bukan sekadar logika dan nalar semata.

Ia mencontohkan masyarakat ribuan tahun lalu yang mampu bertahan hidup tanpa bantuan teknologi modern. Mereka, kata Menag, mengandalkan kedekatan dan persahabatan dengan alam dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

“Mereka tidak membutuhkan laboratorium dan teknologi canggih, tetapi bisa bertahan hidup. Cara mereka adalah melalui persahabatannya dengan alam,” ungkapnya.

Pemahaman terhadap ekoteologi, katanya, tidak bisa dilepaskan dari kajian kosmologi. Ia merujuk pandangan sufi Ibnu Arabi yang menyatakan bahwa hanya Tuhan yang benar-benar memiliki wujud sejati, sementara alam adalah bayangan dari-Nya.

“Demikian pula kalau kita lihat tradisi Hindu di Bali, mereka sangat menghormati pohon-pohon besar. Sejak dulu telah menganggap alam ini sebagai partner. Makanya, mereka tidak berani menebangnya, bukan karena takut, tetapi dianggap sebagai bagian yang sama dengan dirinya,” jelasnya.

Menag menambahkan, perubahan perilaku terhadap alam juga tidak bisa terjadi tanpa perubahan teologi. Menurutnya, teologi saat ini terlalu maskulin, padahal Tuhan sangat erat dengan sifat feminin yang penuh kasih sayang terhadap ciptaan-Nya. “Untuk itu, kita butuh kelembutan dalam memahami Tuhan dan alam,” ujarnya. (*)

Pewarta : Ahmad Nuril Fahmi
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jakarta just now

Welcome to TIMES Jakarta

TIMES Jakarta is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.